REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Kompetisi Liga Mahasiswa (LIMA) Indonesia diharap memberi sedikit solusi terhadap tawuran yang kerap kali dilakukan pelajar dan mahasiswa.
Menurut CEO Liga Mahasiswa (LIMA) Ryan Gozali, dengan kompetisi semacam ini, para pelajar dan mahasiswa dapat mencurahkan energi positif ke bidang olahraga.
"Pemuda itu energinya banyak, bagaimana dengan kompetisi semacam ini, sedikit banyak dapat mengatasi tawuran,"ujar Ryan ketika ditemui Republika di Opening Ceremony LIMA di GOR C-Tra, Bandung, Jawa Barat, Ahad (20/10).
Ryan juga berharap, akan ada peningkatan prestasi atlet cerdas Indonesia melalui kompetisi yang membawahi sejumlah kompetisi multi cabang olahraga antarmahasiswa.
"Berbagai kompetisi LIMA merupakan kloning dari kompetisi Nation College Association (NCA) di Amerika Serikat di mana asosiasi itu mampu mencetak 'student athlete'. Nantinya, melahirkan atlet dan pemimpin berkualitas," ujar Ryan.
Dengan konsep student athlete pula, ujar Ryan, ini menunjukkan olahraga tidak hanya dengan otot, tapi juga pola pikir dari para atlet. Ia membandingkan, permainan pesepakbola asal Eropa yang kebanyakan menggunakan pemikiran kritis dalam pertandingan.
"Dengan critical thinking tersebut, pada akhirnya akan memberi jaminan masa depan kepada para atlet. "Mahasiswa dianggap memiliki inteligensi yang baik sehingga jika kecerdasan itu diterapkan para atlet maka menjadi nilai tambah yang berkualitas,"ujarnya.
Menurutnya, dengan konsep atlet yang lebih pintar akan membuat atlet terintegrasi antara permainan dengan kecerdasannya. Kompetisi yang diselenggarakan LIMA akan menggelar kejuaraan bola basket, bulutangkis, renang dan golf pada tahun pertama.