Rabu 15 Feb 2017 11:12 WIB

OPEC Janji Pangkas Produksi Minyak, Bagaimana Realisasinya?

Rep: Frederikus Bata/ Red: Nur Aini
Logo OPEC
Logo OPEC

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selama lebih dari dua tahun, pasokan berlebihan telah menekan harga minyak dunia. Hal tersebut membingungkan para produsen dan mengguncang perekonomian negara-negara yang bergantung pada penjualan minyak mentah.

Dikutip dari Bloomberg, pada 30 November (2016) organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) berusaha menghentikan ketidakstabilan yang terjadi. OPEC meyetujui memangkas produksi minyak mentah secara kolektif sebesar 1,2 juta barel per hari untuk setidaknya hingga paruh pertama musim ini.

Sebelas negara non-OPEC yang dipimpin Rusia dan Meksiko juga mengurangi produksi 558.000 bph. Dalam catatan Bloomberg, pada Januari negara-negara OPEC bisa memangkas produksi minyak hingga 1,078 juta bph atau sebesar 93 persen. Sedangkan negara-negara non-OPEC berhasil memangkas 270 ribu bph atau sebesar 48 persen dari target 558 bph.

OPEC secara aktif melakukan pemangkasan produksi, sementara non-OPEC sebagian besar membiarkan persediaan mereka menurun secara alami. Tidak semua produsen minyak memiliki keadaan politik, ekonomi, dan geografi yang sama.

Di antara sekian banyak negara OPEC, Libya, Nigeria, dan Iran diizinkan meningkatkan produksi minyak. Sementara Rusia, negara terbesar dari peserta non-OPEC, menerapkan pemotongan secara bertahap.

"Pasar telah diseimbangkan dalam hal pasokan dan permintaan," kata Bjoernar Tonhaugen, wakil presiden pasar minyak dan gas di Rystad Energi, Rabu (15/2).

Sepuluh produsen negara-negara OPEC sepakat memangkas produksi pada semester pertama tahun ini menggunakan angka produksi dari Oktober tahun lalu sebagai titik awal. Sebagian negara non-OPEC melakukan hal serupa, hanya Kazakhstan yang menjadikan produksi pada November sebagai titik awal pengurangan. Namun kisaran kepatuhan bervariasi. Hingga Januari 2017, Angola, Oman, Qatar, dan Arab Saudi adalah beberapa dari 21 negara yang memenuhi janji target produksi mereka.

Kunci untuk menjaga kestabilan pasar tergantung apakah negara-negara lain menyusul memangkas produksi minyak. Anggota OPEC sepakat untuk menahan produksi mereka hanya untuk semester pertama tahun ini. Menurut Menteri Energi dari Iran dan Qatar, perpanjangan diperlukan untuk keseimbangan pasar.

Pasar minyak dalam beberapa bulan terakhir terjadi penurunan produksi dari negara OPEC dan non-OPEC. Tapi dengan adanya pengurangan itu, harga akan naik, ini memikat banyak produsen untuk melakukan kecurangan ke daerah sasaran penjualan seperti Amerika Serikat. Padahal, pasokan tambahan bisa memicu kembalinya kelebihan pasokan minyak dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement