REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Agung Aljir terletak di Ibu Kota Aljazair. Lokasinya berdekatan dengan pesisir pantai Laut Mediterania atau sekitar kawasan pelabuhan industri. Masjid ini bukan sekadar rumah ibadah, melainkan juga bangunan cagar budaya.
Inskripsi pada mimbar masjid menunjukkan, Masjid Agung Aljir berdiri sejak abad ke-11 tatkala Raja Dinasti al-Murabithun, Ali bin Yusuf (wafat 1143 Masehi), berkuasa. Tidak mengherankan bila Masjid Agung Aljir digolongkan sebagai sebuah destinasi wisata di Aljazair.
Kapasitas masjid yang berada di atas lahan seluas dua hektare ini mampu menampung hingga 120 ribu jamaah. Di dalam kompleks masjid tersebut, terhampar pelataran seluas 38x46 meter persegi, tempat para pengunjung berlalu-lalang atau bisa pula sebagai tempat shalat di waktu Hari Raya. Di ruang utama yang dipakai shalat sehari-hari, terdapat 11 pilar berwarna putih yang menunjang langit-langit. Corak khas Moor tampak dominan menghiasi.
Bagian mihrab masjid ini dirancang mengikuti desain yang marak ditemui di Aljazair pada abad ke-18 silam. Bentuknya hampir bundar sempurna di bagian tengah. Di sekitarnya terdapat guratan kaligrafi bertuliskan ayat-ayat suci Alquran. Untuk mencapai mihrab ini, imam melalui gerbang yang sedikit lebih besar.
Garis lengkung pada dinding gerbang ini dibuat setengah lingkaran yang sambung menyambung. Seluruhnya berwarna putih. Adapun di sisi kanan dan kiri mihrab, terdapat ruangan kecil, tempat sang imam atau bilal.
Di sebelah mihrab, terdapat mimbar yang dibuat menempel dengan lantai masjid. Berbeda dengan itu, mimbar Masjid Agung Aljir yang asli terbuat dari kayu dan terdapat roda di bagian bawahnya, sehingga mudah dipindah-pindah.
Pada 1682, mihrab ini sempat mengalami kerusakan yang cukup parah. Sejak saat itu, mihrab jarang dipakai sebagaimana normalnya. Kini, benda itu disimpan di Museum Nasional Barang Antik Aljazair sebagai artefak bersejarah.
Bila diperhatikan seksama, terdapat tulisan berbahasa Arab yang diukir dalam bentuk kaligrafi yang menawan pada mimbar tersebut. Bunyinya, Bismillahirahmanirahim. Mimbar ini telah selesai dibuat pada hari pertama Rajab tahun 490. Hasil karya Muhammad.
Di pojok timur-laut Kompleks Masjid Agung Aljir, terdapat tempat khusus bagi imam atau pemuka Muslim setempat bekerja. Namanya Al-Bab al-Janina. Letaknya berdekatan dengan menara masjid ini.
Ada beberapa ruangan di dalamnya. Selain itu, masjid ini juga memiliki perpustakaan dengan total koleksi hingga satu juta buku. Sebuah madrasah serta museum seni dan sejarah Islam juga termasuk ke dalam Kompleks Masjid Agung Aljir.
Di bagian interior, lantai masjid ini berwarna biru dan putih dengan terbuat dari keramik berkualitas tinggi. Pada umumnya, Masjid Agung Aljir terbuat dari batu bata yang dilapisi warna putih. Atapnya berbahan dasar kayu.
Adapun ornamen-ornamen yang menghiasi di sana terbuat dari keramik atau kayu yang diukir begitu indahnya dengan menampilkan kaligrafi ayat-ayat Alquran. Lataran lokasinya di jantung Ibu Kota, para jamaah sehari-hari berasal dari kalangan pekerja kantor. Banyak pula wisatawan yang berkunjung untuk mengambil gambar atau sekadar jalan-jalan.