Rabu 22 Feb 2017 17:30 WIB

Memberi Harapan

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Agung Sasongko
Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi).
Foto: muslimheritage.com
Cautery dalam dunia kedokteran Islam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para dokter diharapkan bersikap jujur dalam mengobati pasiennya. Namun, dokter dianjurkan tak memberi pernyataan kepada pasien tentang kepastian si pasien akan sembuh atau akan menghadapi kematian akibat penyakit yang dideritanya. Sebab, dokter tak tahu bagaimana takdir akhir pasien yang dirawatnya.

Kewajiban dokter adalah mencoba mengobati pasiennya hingga mungkin akhirnya pasien yang dirawatnya menemui ajal. Seorang dokter pada abad ke-15, Ibn Shareef, mengungkapkan pengalamannya selama ia menjalani profesinya sebagai dokter. Ia mengingatkan dokter agar hati-hati mengungkapkan kondisi pasien kepada keluarganya.

Shareef mengatakan, bila seorang dokter ditanya, apakah pasien yang dirawatnya akan menemui kematian atau kapan kematian itu akan menjelang, dokter itu tak seharusnya menyatakan bahwa pasien tersebut akan mengembuskan napas terakhirnya pada hari ini atau esok hari.

Bagi Shareef, saat dokter tak mengungkapkan hal tersebut, hal itu akan menguntungkan dokter itu sendiri. Sebab, tak jarang ada pasien yang selama ini dirawat dan dianggap tak bisa disembuhkan dan diyakini pula bahwa kematian pasti akan menjemputnya. Namun, takdir kematian belum menjelma. Si pasien tersebut melewati masa kritisnya dan sembuh.

''Kita banyak melihat pasien yang memiliki tanda-tanda penyakit yang tak bisa disembuhkan dan kematian kian mendekati pasien tersebut. Penggalian kubur pun dilakukan untuk persiapan pemakaman. Namun kemudian, kematian tak kunjung datang dan pasien itu akhirnya sembuh dan bugar,'' kata Shareef.

Dengan demikian, Shareef memberi saran agar para dokter tak memberi tahu  keluarga serta rekan-rekan si pasien atas kemungkinan kematian yang mungkin menjemput pasien bersangkutan. Hal ini harus dilakukan walaupun dokter yakin bahwa pasien tak bisa lagi disembuhkan dan tinggal menunggu kematian saja.

Di sisi lain, dokter pun didorong memberikan penghiburan kepada pasien. Mestinya, pasien diupayakan agar terus terhindar dari perasaan sedih dan cemas, bagaimanapun kondisi penyakit pasien. Dokter seharusnya menghibur pasiennya dengan kalimat dan sikap yang sarat harapan. Pun, bisa dengan memberi hadiah.

Dokter bisa pula meminta keluarganya agar bisa menghadirkan teman-teman dekat si pasien dan orang lain yang baik hati untuk mengunjungi pasien tersebut. Jika ini terjadi, pasien akan merasa bahagia walaupun penyakit masih terus bersarang di tubuhnya. Moral pasien juga akan terangkat.

Haci Pasa, dokter yang hidup pada abad ke-15, juga mengungkapkan pandangannya. Ia menyatakan, tak pada proporsinya bagi seorang dokter mengungkapkan penyakit pasien pasti sembuh. Begitu juga sebaliknya, dokter menegaskan bahwa penyakit yang diderita si pasien akan sulit disembuhkan dan berujung pada kematian.

Menurut Abbas Vesim, seorang dokter seharusnya tak menyatakan bahwa seorang pasien diyakini akan segera sembuh. Ia mengingatkan para dokter agar tak menyatakan sampai kapan si pasien akan bergelut dengan penyakit yang dideritanya hingga kemudian menemui ajal.

Pandangan lain dilontarkan Ahmad bin Bali. Ia mengatakan, pasien harus diberi tahu atau diingatkan mengenai hasil akhir dari pengobatan yang dilakukan atas penyakitnya. Di samping itu, dokter juga harus mendongkrak moral pasiennya dengan mengatakan bahwa pasien akan segera sembuh. Berikan sokongan yang sepenuh hati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement