REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim di Sri Lanka tergolong minoritas di tengah mayoritas penduduk beragama Buddha. Populasinya hanya sekitar delapan persen dari sekitar 20 juta penduduk negeri yang semula bernama Sailan itu.
Secara umum, komunitas Muslim di negara yang terletak di Selat India ini terbagi atas tiga kelompok: Sri Lanka Moors, India Muslim, dan Melayu. Keberadaan kelompok-kelompok itu punya sejarah dan tradisi masing-masing.
Berbagai catatan sejarah menunjukkan, kehadiran Islam ke wilayah ini punya sejarah yang panjang. Islam masuk ke Sri Lanka bermula dari kedatangan pedagang Arab di abad ke-8. Banyak di antara mereka menetap di pulau bagian bawah negeri ini, menikah dengan masyarakat Sri Lanka, dan melakukan penyebaran agama Islam.
Mereka melakukan perdagangan bersama penduduk setempat hingga mencapai kejayaannya pada abad ke-15. Mereka itulah yang kemudian disebut Sri Lanka Moors. Istilah "Moor", dipandang dari sudut etimologi, pertama kali digunakan oleh orang Portugis. Populasi Sri Lanka Moors mencapai 93 persen dari penduduk Muslim di negeri ini.
Situs wikipedia mencatat bahwa Islam berkembang di Sri Lanka tak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di Pantai Malabar, India. Tradisi mencatat bahwa orang Arab yang menetap di Pantai Malabar biasa berlayar dari Pelabuhan Cranganore ke Sri Lanka untuk menziarahi apa yang mereka percayai sebagai bekas tapak kaki Nabi Adam di puncak sebuah gunung yang sehingga kini masih dikenal sebagai Puncak Adam. Ibn Batuta, pengembara Arab terkenal di abad ke-14, menemukan banyak pengaruh Arab di Sri Lanka dalam catatan pengembaraannya.
Bahkan, tulis situs itu, sebelum akhir abad ke-7 sebuah koloni pedagang Islam telah tiba di Sri Lanka. Terpukau dengan keindahan pemandangan sekitar dan tertarik dengan tradisi yang dikaitkan dengan Puncak Adam, pedagang Islam tiba dalam jumlah yang besar. Sebagian di antara mereka kemudian mengambil keputusan untuk menetap di pulau itu.
Kehadiran mereka diterima baik oleh pemerintah setempat. Kebanyakan mereka tinggal di sepanjang kawasan pantai, kemudian hidup aman dan makmur sambil menjalin hubungan budaya dan perdagangan dengan bandar-bandar Islam yang lain.
Menurut Tikiri Abeyasinghe dalam Portuguese Rule in Ceylon, 1594-1612 (Pemerintahan Portugis di Ceylon, 1594-1612), Muslim pertama yang datang ke Sri Lanka adalah sekelompok orang Arab Bani Hashim yang diusir dari Tanah Arab pada awal abad ke-8 oleh pemerintah tirani Khalifah Abd al-Malik ibn Marwan. Mereka berasal dari selatan Sungai Furat lalu menetap di Concan di bagian selatan Benua India, Pulau Ceylon (Sailan), dan Melaka.
Sebagian dari mereka yang datang ke Ceylon membentuk permukiman besar di sepanjang pantai timur laut, utara, dan barat pulau tersebut, yakni sebuah di Trincomalee, sebuah di Jaffna, sebuah di Colombo, sebuah di Barbareen, dan sebuah di Point de Galle.