REPUBLIKA.CO.ID, Ada air mata menetes di laga derby della capitale antara Lazio kontra AS Roma, Kamis (2/3) dini hari. Kapten Lazio, Lucas Biglia, sudah lama menunggu kemenangan ini. Empat tahun bukan waktu yang cepat dalam sepak bola. Selama itu juga, Biglia dan rekan-rekannya di skuat Biancocelesti harus menahan rasa sakit tak pernah menang dalam derby paling bersejarah di Kota Roma.
Penantian itu akhirnya terbayar, saat Lazio dan Roma bertemu pada laga leg pertama semifinal Coppa Italia. Lazio mampu memutus tren kekalahan setelah menundukkan Giallorosi dengan skor 2-0. “Saya menangis bahagia, rasa sakit, setelah empat tahun, ini adalah kemenangan pada laga derby saya,” tutur Biglia kepada Rai Sport seusai laga dikutip Football Italia, Kamis (2/3).
Lazio membuka keunggulan pada menit ke-28 saat Milinkovic-Savic memeragakan umpan satu-dua dengan Felipe Anderson. Savic yang menusuk dari sisi tengah mengirim bola pada area kosong di dalam kotak penalti Roma yang mampu dikejar Anderson. Savic tak berhenti melakukan pergerakan, dia masuk lebih dalam ke dalam kotak penalti mendekati gawang Giallorosi yang dijaga kiper Allison Ramses.
Anderson yang berlari ke arah kiri mengembalikan bola itu Savic yang berlari tanpa kawalan. Tanpa ampun, Savic melepaskan tendangan sembari menjatuhkan diri untuk mencetak gol pertama. Kedudukan 1-0 untuk Biancocelesti bertahan hingga jeda turun minum.
Memasuki interval paruh kedua, Lazio kembali mencetak gol ke gawang Allison Ramses. Kali ini, pemain pengganti Baldo Keita memulai aksi individu dengan sangat apik dari sisi tengah untuk melancarkan serangan melalui sisi kanan. Keita yang masuk menggantikan Anderson pada menit ke-67 mendapat kawalan dari bek Lazio, lalu berinisiatif untuk lepas dari kawalan dengan membawa bola menyisir ke sisi kanan.
Dengan kecepatan larinya, Keita berhasil menusuk dari sisi kanan dan mampu melepaskan umpan ke depan gawang secara mendatar. Immobile yang berada di barisan depan mengejar bola di depan gawang untuk membuat Lazio unggul dua gol tanpa balas. Ini menjadi aksi sempurna karena dua pemain Lazio mampu memerdayai dua bek bertahan Roma.
Pelatih Lazio, Simone Inzaghi, mengaku senang dengan permainan yang ditunjukkan seluruh pemainnya. Mereka bertahan dengan sangat ketat, dan melakukan serangan balik cepat. Bahkan, Lazio hanya memberi sedikit ruang pada pemain Roma untuk menciptakan peluang mencetak gol. Meskipun, pemain Tim Serigala Roma berhasil mendominasi penguasaan bola.
Berdasarkan catatan statistik usai laga, Roma berhasil menguasai 68 persen bola dibandingkan Lazio. Roma bahkan mengurung Lazio di pertahanan mereka sendiri. Namun, serangan yang dilakukan Lazio lebih efektif.
Biancoceleste berhasil melepaskan tendangan ke arah gawang sebanyak 3 kali, hanya selisih dua kali dibandingkan Roma yang melepaskan lima kali tendangan. Lazio juga menciptakan peluang melalui sepak pojok sebanyak tujuh kali, sama dengan Roma. “Saya pikir kami memainkan pertandingan yang sempurna, yang membuat Roma hanya memiliki sedikit peluang selain beberapa umpan silang,” kata Inzaghi.
Kemenangan Lazio ini membuat Roma harus mengejar defisit dua gol pada laga leg kedua nanti kalau ingin lolos ke final Coppa Italia. Pelatih AS Roma, Luciano Spalletti mengungkapkan, timnya bermain bagus di awal laga. Pemain-pemain Giallorosi mampu mengurung pertahanan Lazio yang memang menerapkan strategi bertahan dan hanya menunggu bola.
Namun, Spalletti mengaku skema pertandingan yang dimainkan Lazio kali ini menyulitkan mereka untuk membongkar pertahanan tim lawan. Selain itu, pemain Roma juga banyak melakukan kesalahan sendiri. Spalletti menuturkan pemainnya banyak kehilangan bola dengan gampang.
Hal itu membuat Lazio mampu melancarkan serangan balik ke pertahanan Roma. Namun, pelatih asal Italia masih optimistis timnya mampu membalikkan keadaan di laga leg kedua nanti. Sebab, kali ini mereka melakoni laga derby della capitale sebagai tim tamu. “Kekalahan 2-0 pada laga tandang merupakan peuang terbuka untuk membuat keadaan berbalik,” ujar Spalletti.