REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Hermanto Gunawan menyatakan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perbankan sedang bergejolak. Pada beberapa bulan lalu sebelum akhir tahun NPL rata-rata perbankan sempat mencapai 3,2 persen.
"Lalu pada akhir tahun turun ke sekitar 2,9 persen, tapi kayaknya semester ini ada sedikit kenaikan," ujar Anton kepada wartawan di Jakarta, Senin, (6/3). Meski begitu, ia memprediksi NPL tahun ini masih berada di kisaran 3 persen, dan tidak akan sampai 3,5 persen rata-rata industri.
Menurutnya, kapital perbankan Indonesia masih cukup bagus bagus untuk mengatasi semua itu. Ia menegaskan, NPL tidak akan membengkak bila ditangani dengan baik. Beberapa bank pun termasuk Bank Mandiri terus melakukan restrukturisasi kredit demi mencegah pelonjakan NPL.
"Masih ada bumper-nya dari kapital. Secara umum memang kelihatan agak besar, tantangannya di tahun berikutnya kalau ekonomi tidak membaik, (NPL) bisa memburuk lagi," ujar Anton.
Ia juga menambahkan, menurunnya pertumbuhan kredit paling besar dipengaruhi oleh kredit valuta asing (valas). Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, pertumbuhan kredit valas hanya 0,92 persen. "Kalau kredit valas tidak turun, pertumbuhan kredit juga tidak akan menurun drastis. Forecast kita, ini akan membaik total keseluruhan," tutur Anton.
Berdasarkan catatan OJK pertumbuhan kredit pada 2016 sebesar 7,87 persen. Sebelumnya pada 2015, pertumbuhan kredit berada di kisaran 10 persen.