Ahad 12 Mar 2017 09:17 WIB

Muslim Bordeaux Lawan Radikalisme

Rep: Marniati/ Red: Indira Rezkisari
Umat Islam sedang beribadah di sebuah masjid di Bordeaux, Prancis.
Foto: EPA
Umat Islam sedang beribadah di sebuah masjid di Bordeaux, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, BORDEAUX--- Pemerintah kota dan federasi Muslim Bordeaux, Prancis, bekerjasama dan meluncurkan program untuk  melawan Islam radikal di Perancis.

Di gedung balai kota, Imam Bordeaux,  Fouad Saandadi bertemu dengan orangtua yang bingung dan anak-anak yang rapuh, bahkan beberapa diantaranya tidak pernah mendatangi masjid. Kebanyakan dari mereka berasal dari keluarga dan lingkungan sosial yang bermasalah.

Akibatnya banyak yang tidak stabil secara mental. Untuk itu, ia dan sekelompok kecil ahli berusaha secara maksimal memerangi musuh Islam yaitu kelompok ektremisme.

"Peran saya adalah untuk tidak memberitahu orang-orang tentang Islam yang benar.  Tetapi untuk membantu membangkitkan pendekatan kritis yang bertujuan untuk mencegah radikalisasi. Kami di sini bukan untuk menghadapi melainkan untuk membangkitkan kesadaran kritis,” ujar Saandadi seperti dilansir laman DW.

Menurut pemerintah kota Bordeaux, semakin banyak masyarakat di seluruh Eropa mencari cara untuk melawan ekstremisme, menyusul gelombang serangan teroris yang  besar apalagi di Prancis dimana dalam dua tahun terjadi tiga serangan teror. Selain itu, Prancis juga menjadi eksportir terbesar di Eropa Barat yang menyalurkan  pejuang ekstrimis.

Tidak seperti negara Jerman dan Inggris, Prancis adalah pendatang baru terhadap pendekatan hukum dalam  melawan radikalisme. Laporan Senat baru-baru ini menyebutkan pendekatan negara dalam menanggulangi radikalisasi menunjukan kegagalan.

Pada tahun 2015 lalu, Prancis juga telah  memperkenalkan langkah-langkah baru untuk mempromosikan sekularisme di sekolah-sekolah dan untuk mencegah radikalisasi. Langkah ini mengikuti keluhan bahwa sejumlah mahasiswa menolak untuk menghormati korban serangan Paris.

Sementara faktor-faktor sosial, politik dan psikologis adalah kunci utama untuk melawan radikalisasi. Beberapa ahli juga percaya pola pikir keras sekuler negara itu dan hubungan yang sulit dengan Islam menimbulkan hambatan tambahan.

"Mereka menjadi radikal atas nama agama. Mereka mengidentifikasi diri dengan versi radikal Islam, sehingga kita tidak bisa mengabaikannya,” ujarseorang sosiolog yang berbasis di Paris, Farhad Khosrokhavar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement