Selasa 14 Mar 2017 16:20 WIB

Perjuangkan Peran Perempuan, Megawati Terinspirasi Pemikiran Bung Karno

Megawati dalam seminar tentang 'Kerjasama Wilayah ASEAN dengan tema: Hentikan Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak', di Putra Wolrd Trade Centre Kuala Lumpur, Selasa (14/3/2017).
Foto: Istimewa
Megawati dalam seminar tentang 'Kerjasama Wilayah ASEAN dengan tema: Hentikan Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak', di Putra Wolrd Trade Centre Kuala Lumpur, Selasa (14/3/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Dalam melihat bagaimana peran perempuan dalam membangun peradaban suatu bangsa, Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarnoputri mengakui banyak terinspirasi pemikiran ayahnya, Soekarno, atau yang lebih populer dengan sebutan Bung Karno, Proklamator, Presiden RI pertama.

"Beliau menuliskan buku yang menjadi inspirasi perjuangan kaum perempuan, yakni Sarinah. Spirit Sarinah tersebut mengilhami saya," kata Megawati dalam seminar tentang 'Kerjasama Wilayah ASEAN dengan tema: Hentikan Kekerasan Seksual Terhadap Anak-Anak', di Putra Wolrd Trade Centre Kuala Lumpur, Selasa (14/3).

Seminar tersebut diselenggarakan atas prakarsa istri Perdana Menteri Malaysia PM Najib Razak, Datin Paduka Seri Rosmah Mansor. Megawati yang hadir ke Kuala Lumpur sebagai pembicara khusus didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani.

Karena terinspirasi spirit Sarinah yang ditulis Bung Karno, Megawati saat itu tidak berhenti pada ratifikasi Konvensi ILO. Pada tahun 2002, selaku Presiden menandatangani tiga buah Keputusan Presiden, yaitu: Keputusan Presiden tentang Rencana Aksi Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, Rencana Aksi Nasional Penghapusan Eksploitasi Seksual Komersial Anak, dan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak.

"Selanjutnya, di penghujung jabatan saya sebagai Presiden, saya mensahkan lahirnya UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga," ujarnya.

Selain itu, lanjut Ketua Umum PDI Perjuangan ini, ada tiga Keputusan Presiden untuk agenda ratifikasi yang ditandatanganinya, yaitu: Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Perdagangan Anak, Pornografi Anak dan Prostitusi Anak; Protokol Opsional Konvensi Hak Anak tentang Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata; serta Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Pekerja Migran dan  Keluarganya.

"Tidak hanya itu, konsepsi tentang Rancangan Undang-Undang penghapusan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan pun sudah kami siapkan, dan  alhamdulillah, Rancangan Undang-undang tersebut saat ini oleh Pemerintah dan DPR RI disepakati sebagai Program Legislasi Nasional Prioritas yang sedang dalam proses pembahasan di DPR RI," jelasnya.

"Dengan berbagai upaya tersebut, gambaran pentingnya peran kaum perempuan dan anak sebagai cermin peradaban sebuah bangsa saya jalankan dengan penuh kesungguhan," ungkap Megawati.

Megawati kemudian menceritakan, mungkin dirinya satu-satunya presiden yang begitu bersemangat memerjuangkan kaum perempuan dan anak.

"Bukan karena saya perempuan, namun karena pemahaman betapa “watak dan karakter” sebuah bangsa, dimulai dari keluarga. Dalam filsafat nenek moyang kami, ada satu peribahasa yang sangat penting, yakni 'surga ditelapak kaki ibu', bukan di telapak kaki bapak. Ini cerminan local wisdom yang hidup dan tetap relevan dalam era modern seperti ini," ungkapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement