Senin 20 Mar 2017 15:06 WIB

Aliran Dana Asing Mengalir Deras ke Pasar Modal, Ini Sebabnya

Red: Nur Aini
 Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (14/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pasar modal Rudiyanto menilai masuknya aliran dana asing ke pasar modal dalam beberapa hari terakhir ini dipicu potensi kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade) oleh lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P).

"Kalau kita lihat aliran dana asing dari awal tahun hingga hari ini (20/3), baru sepekan terakhir ini mulai masuk ke pasar saham. Sebelumnya fluktiatif. Begitu ada rumor atau wacana kenaikan investment grade oleh S&P, tiba-tiba dana asing masuk," ujar Rudiyanto yang juga Direktur PT Panin Asset Management di Jakarta, Senin (20/3).

Pada tahap awal, menurut dia, investor asing menempatkan dana investasi pada saham-saham berkapitalisasi besar atau yang masuk dalam kategori saham blue chips. "Biasanya, kalau dana asing masuk ke pasar yang diuntungkan saham big caps. Setelah menyusul saham-saham lainnya akan dilirik," katanya.

Berdasarkan data BEI, di sepanjang tahun 2017 ini investor asing telah membukukan beli bersih atau "foreign net buy" sebesar Rp 4,288 triliun. Pada 2017 ini, Rudiyanto juga memproyeksikan bahwa indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi menyentuh level 6.000 poin. "Meski tidak ada kenaikan peringkat dari S&P, kita hitung harga wajarnya IHSG bisa ke 6.000 poin. Kalau ada kenaikan peringkat, bisa lebih dari level itu. Level 6.000 bisa dicapai pada pertengahan tahun ini atau akhir tahun. Karena pergerakan IHSG terus fluktuatif dan pasar modal cukup dinamis," katanya.

Rudiyanto menambahkan bahwa meningkatnya IHSG juga akan turut mendorong nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia meningkat dan berpotensi mencapai Rp 7.000 triliun jika jumlah emiten di BEI bertambah. "Misalkan sekarang nilai kapitalisasi pasar sekitar Rp 6.000 triliun, kalau tidak ada saham baru dan kenaikan IHSG 10 persen maka kapitalisasi Rp 6.600 triliun. Kalau mencapai Rp 7.000 triliun berarti harus ada saham baru plus kenaikan IHSG lebih dari 10 persen," ujarnya.

Nilai kapitalisasi pasar merupakan salah satu indikator yang menunjukkan perkembangan bursa saham. Kapitalisasi pasar menunjukkan nilai efek yang tercatat di bursa saham atau secara definisi diartikan sebagai total jumlah surat berharga yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan di dalam satu pasar. Berdasarkan data BEI per 17 Maret 2017, nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia mencapai sebesar Rp 6.018,79 triliun.

Baca juga: IHSG Catat Rekor Tertinggi, Ini Tanggapan OJK

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement