Rabu 29 Mar 2017 16:33 WIB

Ini Syarat Agar Indonesia Jadi Kiblat Kajian Islam

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Didin Hafiduddin
Foto: Darwaman/Republika
Didin Hafiduddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan Islam Prof.KH Didin Hafidudin mengatakan, bisa saja Indonesia menjadi kiblat kajian Islam di dunia. Tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan.

" Indonesia harus memenuhi beberapa persyaratan pertama adanya suasana yang kondusif yang memungkinkan kajian-kajian keislaman berjalan dan berkembang dengan baik," ungkap Kiai Didin kepada Republika.co.id, Rabu (29/3).

Suasana yang kondusif itu berpengaruh pada penting pada keberadaan para ulama. Sehingga ulama Indonesia bisa bebas menulis dan mencurahkan ide-ide segarnya hasil dari kajian dan penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.

Kedua, lembaga kajian dan penelitian harus bsia tumbuh subur di Indonesia. Lembaga tersebut juga harus disertai kepustakaan yang lengkap dan memadai.

Ketiga, Indonesia harus memiliki suasana kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya kampus-kampus yang islami sehingga dapat menjadi kampus dunia. Kampus dunia tersebut juga harus memiliki ilmuwan dai berbagai disiplin ilmu keislaman yang andal, memiliki integritas pribadi yang kuat serta akhlak yang mulia.

Keempat, pemerintah harus mendukung melalui regulasi yang dibuat dengan baik dan dengan dukungan fasilitas yang kuat. Pemerintah juga harus ikut bertanggung jawab untuk meminimalisir perbedaan-perbedaan pemahaman keagamaan yang jauh menyimpang dari Alquran.

"MUI harus lebih berperan untuk menjadi motor penggerak kajian keislaman yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan," jelas dia. MUI bertanggung jawab untuk memfawatkan sesat tidaknya aliran agama dan eksekusinya berada di tangan Kementrian Agama dengan kementrian lain.

Karena selama ini aliran-aliran pemikiran keislaman yang menyimpang yang berbeda terkesan dibiarkan. Masalah ini dinilai Didin mengganggu terhadap tumbuh kembangnya kajian-kajian Islam yang orisinal sesuai khazanah keislaman terdahulu.

Menurut Kiai Didin, saat ini Indonesia belum berada pada tahapan menjadi kiblat kajian keislaman dunia. Ini karena terlalu banyak pemahaman keislaman yang asal-asalan yang berbeda dihasilkan tanpa ijtihad yang kuat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement