Rabu 29 Mar 2017 19:30 WIB

Ini Komponen Utama Jadikan Indonesia Kiblat Kajian Dunia

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Prof Dr Komarudin Hidayat
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Prof Dr Komarudin Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komponen utama dari terwujudnya Indonesia sebagai kiblat kajian Islam dunia. Komponen utama itu ialah kehadiran perguruan tinggi Islam di Tanah Air.

Hal itu diungkap, Cendekiawan Muslim, Prof Komaruddin Hidayat, ketika ditanya apa yang dibutuhkan Indonesia agar menjadi kiblat kajian Islam dunia. "Di samping kekayaan sejarah dan budaya, harus memiliki institusi keilmuwan yang standarnya diakui dunia," kata Komaruddin kepada Republika.co.id, Rabu (29/3).

Ketua Komite Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia itu menuturkan, kehadiran perguruan tinggi akan membangun lembaga keilmuwan yang terstandar. Nantinya, itu bisa membuat kontribusi khasanah kekayaan Indonesia mendunia.

Komarudin melihat, kehadiran perguruan tinggi akan membuat Indonesia tidak cuma memiliki aspek sejarah dan budaya tapi juga ilmiah. Terlebih, banyak putra bangsa yang ahli tapi belum dioptimalkan karena masih terlilit birokrasi dan politisi.

"Sekarang, tinggal mencari sarjana-sarjana terbaik dan dikumpulkan, difasilitasi dan fokus, sehingga tidak perlu bekerja di tempat-tempat lain," ujar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah tersebut.

Sebab, lanjut Komaruddin, jika tidak dikembangkan Indonesia cuma akan jadi obyek wisata. Karenanya, diperlukan roadmap, strategy planning, riset dan tentu kerjasama dengan lembaga luar seperti mengundang mahasiswa dan profesor internasional.

Ia berharap, langkah itu bisa menjadi corong yang mampu memperkenalkan Indonesia kepada dunia, dan bisa memotivasi lembaga yang ada di dalam negeri. Sehingga, Indonesia bisa memiliki keilmuwan sekaligus membangun peradaban Islam yang ada.

"Sebab, Indonesia kaya sekali, tapi tidak ada yang memperkenalkan peradaban kebudayaan Islam Indonesia," kata Komaruddin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement