REPUBLIKA.CO.ID, YORDANIA -- Media internasional khususnya media Arab cukup besar memberi perhatian kepada Konferensi Tingkat TInggi (KTT) ke-28 Liga Arab yang baru saja berakhir di pesisir Laut Mati Yordania. Sebut saja televisi Aljazeera yang sepanjang hari memberitakan secara live tentang pertemuan puncak organisasi yang menaungi seluruh negara Arab ini.
Banyak harapan dan perubahan besar yang dinantikan oleh publik terkait ketegasan Liga Arab secara organisasi dalam menyelesaikan multi konflik yang melanda dunia Arab dewasa ini, seperti di Suriah, Libia, Yaman, dan tentu saja Palestina yang menjadi PR terbesar bagi dunia Arab yang notabene berpenduduk mayoritas muslim.
Salah satu poin komunike yang dibacakan diakhir KTT yang berlangsung pada Rabu (29/3), adalah revitalisasi solusi dua negara bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina. Hasil KTT ini menyepakati bahwa solusi dua negara adalah satu-satunya jalan untuk menciptakan keamanan dan stabilitas di kawasan.
Komunike yang dibacakan oleh Sekjen Liga Arab, Ahmed Abul Ghaith, menitikberatkan pada upaya untuk mengembalikan proses perundingan damai antara Palestina dan Israel secara sungguh-sungguh dan efektif. Diharapkan upaya yang serius ini bisa membuka kebuntuan politik atas upaya perdamaian yang harus berjalan sesuai dengan target waktu yang telah ditentutkan.
Para peserta KTT yang dihadiri oleh 15 Kepala Negara Arab ini, menyepakati akan pentingnya pendirian negara Palestina berdasarkan batas wilayah tahun 1967 yang menyatakan bahwa ibukota resmi Palestina adalah Al-Quds (Timur Jerusalem).
Konsep perdamaian yang dimaksudkan dalam KTT ini tetap merujuk pada konsep perdamaian yang sebelumnya ditawarkan pada tahun 2002 silam. Konsep ini dikenal dengan dengan istilah “Inisiasi Arab untuk Perdamaian.”
Tentu saja upaya perdamaian ini mencakup segenap aspek antara lain penyelesain masalah pengungsi, jaminan keamanan baik untuk Palestina maupun Israel.
Sejumlah kritik dan penolakan juga dilontarkan untuk Israel yang dinilai mencoba untuk menciptakan fakta-fakta baru secara politis, dan terkesan secara jelas ingin menggagalkan upaya perdamaian. Karena itu, LIga Arab meminta, agar dunia internasional ikut menuntut Israel merealisasikan resolusi terakhir DK-PBB nomor 2334 yang pada intinya mengecam permukiman ilegal Israel, dan himbaun untuk menghentikannya.
Upaya solusi dua negara ini juga sudah dipertegas melalui resolusi konferensi perdamaian yang digagas di Paris di awal tahun ini.
Terkait dengan masa depan Masjid al-Aqsa, KTT Arab kembali menegaskan, akan peran vital Yordania sebagai negara yang memiliki hak perwalian atas masjid tersebut. Tidak saja menjaga Masjid al-Aqsa, namun Yordania di bawah kepemimpinan raja Abdullah II juga cukup punya andil dalam menjaga historical kawasan di kota suci al-Quds (Jerusalem) yang bercirikan jejak-jejak peninggalan agama-agama terdahulu baik Islam maupun nasrani.