Jumat 31 Mar 2017 14:24 WIB

Khatib Istiqlal: Umat Islam Hadapi Tantangan dari Luar dan dalam

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Ribuan massa aksi 313 melaksanakan Shalat Jumat bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (31/3).
Foto: Republika/Singgih Wiryono
Ribuan massa aksi 313 melaksanakan Shalat Jumat bersama di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (31/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khatib shalat Jumat di Masjid Istiqlal menyatakan tantangan umat Islam tak hanya dari luar juga dari dalam. Karena itu, umat Islam hendaknya memahami Islam secara menyeluruh agar Islam bisa dimenangkan dengan elegan.

Khatib shalat Jumat di Masjid Istiqlal pada Jumat (31/3), KH Najamuddin Ramli menuturkan, menjelang akhir abad 19 Mufti Kesultanan Sambas Syaikh Basyuni Imran mengirim surat ke redaksi Majalah Al Mannar di Kairo yang saat itu dipimpin Syekh Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid Ridha. ''Isi suratnya singkat, ''Mengapa umat Islam selalu terbelakang?''

Umat Islam tidak memimpin dan tertinggal. Dalam rapat redaksi, tidak ada konklusi. Surat itu lalu dikirim kepada ulama Ahmad Syakib Arselan di Paris di Prancis. ''Satib Arselan juga terhenyak. Dalam perenungannya Syakib Arselan menemukan dua sebab, umat Islam tertinggal karena faktor eksternal dan internal umat Islam,'' kata Kyai Najamuddin.

Dari luar, ada hipokrit negara-negara besar yang membuat negara-negara Muslim centang perentang. Lihat Irak Libia, Afghanistan, Iran, Suriah dan lainnya koyak. ''Ini akibat kita dikuasai dan mudah diadu domba,'' kata Kyai Najamuddin.

Perlawanan global Alqaeda sampai ISIS saat ini, tak perlu diikuti. Bom bunuh diri juga tak beri solusi dan tak ada anjurannya dalam Islam. Maka pesan Ali Imran ayat 120 adalah sabar dan takwa. Kesabaran di sini adalah kesadaran warisan terbesar bagi anak cucu ke depan adalah ilmu.

Kyai Najamuddin mengajak umat Islam berlomba untuk itu. Menghadapi negara adidaya bukan dengan cara-cara yang menimbulkan antipati, tapi dengan pendidikan. ''Saya gembira, di Eropa dan Amerika, banyak pelajar Indonesia yang menimba ilmu dari berbagai sisi. Hanya dengan kesabaran yang bersanding dengan takwa,'' tutur Kyai Najamuddin.

Umat Islam harus berwawasan. Kompetisi saat ini hanya bisa dimenangkan dengan penguasaan ilmu dan teknologi. Sebab Allah SWT mempmerintahkan manusia membaca. ''Tapi umat Islam terbelakang karena malas membaca dan membedah ilmu pengetahuan. Jangam salahkan siapapun. Allah SWT akan bantu kalau kita ikhtiar. Kalau kita maju, kita bisa kalahkan musuh-musuh,'' tutur Kyai Najamuddin.

Karena masih tertinggal, umat Islam masih mengekor. Kalau tantangan dari luar bisa dijawab, negara-negara bisa selevel dengan negara adidaya. Syakib Arselan mengatakan tantangan umat Islam juga berasal dari dalam, salah satunya kualitas akidah yang turun.

''Baca, baca, baca agar tidak sumbu pendek. Agar kita menang dengan elegan,'' kata Kyai Najamuddin.

Tantangan umat Islam yang lainnya adalah dekadensi persatua. Umat Islam masih saling berpecah karena hal yang bersifat cabang sehingga saling mengkafirkan dan meniadakan. ''Persatuan itu harus kita jelmakan. Ramadhan segera datang. Kita manfaatkan Ramadhan sebagai bulan persatuan,'' ungkap Kyai Najamuddin.

Umat Islam juga menghadapi dekadensi khittah perjuangan. Umat Islam maju dalam keadaan tidak mencekam dan menerima kemajemukan. Ia mengajak umat Islam bertanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada Allah SWT dengan memahami Islam secara komprehensif, tidak separuh-separuh.

NKRI adalah warisan syuhada bangsa. Imam Bonjol dan Sultan Hasanuddin adalah memerdekakan bangsa ini atas perintah agama. Maka pewaris dominan bangsa ini adalah umat Islam. ''Jangan biarkan negeri ini hancur. Tanggung jawab kita untuk memajukan negara ini. NKRI yang berlandas Pancasila harus kita jaga karena di sana ada tauhid,'' ungkap Kyai Najamuddin.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement