Jumat 07 Apr 2017 17:00 WIB

Idul Fitri, Momentum Menyatukan Umat Islam di Burundi

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Peta Burundi. Ilustrasi
Peta Burundi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan umat Islam di seluruh dunia terus meningkat. Saat ini, jumlahnya mencapai 1,57 miliar orang (22,9 persen) dari seluruh total populasi dunia yang mencapai 6,8 miliar. Demikian hasil riset dari Pew Research Forum yang dipublikasikan pada Oktober 2009 lalu. Sebagian besar Muslim berada di Asia Pasifik (61,9 persen), Timur Tengah dan Afrika Utara (20,1 persen), Sub-Sahara Afrika (15,3 persen), Eropa (2,4 persen), dan Amerika (0,3 persen).

Di Afrika, jumlah pemeluk Islam memang tidak banyak. Namun, di benua hitam ini terdapat salah satu negara yang dikenal sebagai penyelamat para Sahabat Rasulullah SAW. Itulah Ethiopia (Habasyah). Negara Afrika lain dengan jumlah pemeluk Islam cukup mayoritas adalah Mesir dan Maroko. Selebihnya, pemeluk Islam merupakan minoritas.

Salah satu negara di kawasan Afrika Timur yang penduduk Muslimnya minoritas adalah Burundi. Karena minoritas, kegiatan keagamaan pun menjadi sedikit. Di negara yang sering dilandai konflik antaretnis ini, kegiatan keagamaan menjadi momentum untuk menyatukan umat Islam. Salah satunya adalah Hari Raya Idul Fitri.

Momentum Idul Fitri senantiasa disambut penuh sukacita oleh umat Muslim di seluruh penjuru dunia. Masing-masing memiliki tradisi untuk merayakan hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh. Di Indonesia, masyarakat Muslim biasanya saling memaafkan, bersilaturahim. Sebagian memilih mudik ke kampung halaman dan berkumpul bersama handai taulan.

Begitu pula di negara lain, ungkapan kegembiraan diekspresikan dengan beragam cara. Tapi, tidak demikian halnya dengan saudara-saudara Muslim yang tinggal di Burundi, Afrika. Mereka belum pernah benar-benar merasakan suasana sukacita dan gembira setiap kali Idul Fitri tiba, setidaknya hingga lima tahun silam.

Untuk memahami permasalahan ini, perlu ditelaah kondisi demografis negara yang berbatasan dengan Tanzania dan Rwanda itu. Islam bukan agama dominan. Sebab, penganut Kristen merupakan mayoritas, jumlahnya mencapai 90 persen dari populasi sekitar 8,3 juta jiwa.

Karena itulah, ada beberapa isu yang oleh umat Islam sebagai salah satu kelompok minoritas dirasakan belum memadai. Hari raya Idul Fitri, misalnya, belum dijadikan hari libur nasional. Kondisi tersebut tentu sangat disayangkan komunitas Muslim.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement