REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, sejauh ini kondisi perekonomian Indonesia masih bergantung pada investasi langsung luar negeri dan penyaluran kredit dalam negeri. Sebab, kondisi ekspor sektor perdagangan dipastikan masih akan melemah dalam waktu dua tahun ke depan.
"Perekonomian global masih bergerak stagnan, sehingga permintaan dari luar masih lemah dan berakibat ke ekspor kita. Situasi ini diperkirakan masih akan terjadi 1-2 tahun lagi," ujar Muliaman saat memberikan kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Jumat (7/4).
Muliaman menuturkan, meskipun saat ini harga komoditas seperti kelapa sawit dan karet sudah mulai menanjak, tetapi belum banyak permintaan dari luar negeri. Oleh karena itu, ekonomi Indonesia tidak bisa bergantung dari ekspor.
Adapun yang dapat mendorong ekonomi Indonesia saat ini, kata Muliaman, adalah investasi dari luar negeri dan penyaluran kredit. Meskipun saat ini investasi langsung luar negeri tidak besar, tetapi cukup membantu karena persepsi ekonomi Indonesia masih bagus. "Minat investasi ke Indonesia masih cukup besar," kata Muliaman.
Hal tersebut tercermin dari besarnya minat investor pada instrumen investasi Indonesia seperti obligasi, sukuk dan saham. Ini yang mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat meningkat hingga mencapai level 5700 dari sebelumnya 5200 sejak awal tahun.
"Ini menjadi modal dasar bagi kita agar kemudian tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tengah lemahnya ekonomi global," ujarnya.
Menurut Muliaman, tantangan terbesar dari OJK saat ini adalah memperdalam pasar modal dengan memperbankan pilihan produk investasi. Dengan demikian akan semakin menumbuhkan investor lokal dan asing. Artinya, memungkinkan pasar keuangan Indonesia menjadi tempat mobilisasi dana. Selain itu, penyaluran kredit juga akan terus didorong oleh sektor perbankan.