Jumat 07 Apr 2017 20:46 WIB

OJK Ungkap Alasan Ekspor Belum Dapat Sokong Ekonomi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Ekspor-impor (ilustrasi)
Ekspor-impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, sejauh ini kondisi perekonomian Indonesia masih bergantung pada investasi langsung luar negeri dan penyaluran kredit dalam negeri. Sebab, kondisi ekspor sektor perdagangan dipastikan masih akan melemah dalam waktu dua tahun ke depan.

"Perekonomian global masih bergerak stagnan, sehingga permintaan dari luar masih lemah dan berakibat ke ekspor kita. Situasi ini diperkirakan masih akan terjadi 1-2 tahun lagi," ujar Muliaman saat memberikan kuliah umum di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, Jumat (7/4).

Muliaman menuturkan, meskipun saat ini harga komoditas seperti kelapa sawit dan karet sudah mulai menanjak, tetapi belum banyak permintaan dari luar negeri. Oleh karena itu, ekonomi Indonesia tidak bisa bergantung dari ekspor.

Adapun yang dapat mendorong ekonomi Indonesia saat ini, kata Muliaman, adalah investasi dari luar negeri dan penyaluran kredit. Meskipun saat ini investasi langsung luar negeri tidak besar, tetapi cukup membantu karena persepsi ekonomi Indonesia masih bagus. "Minat investasi ke Indonesia masih cukup besar," kata Muliaman.

Hal tersebut tercermin dari besarnya minat investor pada instrumen investasi Indonesia seperti obligasi, sukuk dan saham. Ini yang mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat meningkat hingga mencapai level 5700 dari sebelumnya 5200 sejak awal tahun.

"Ini menjadi modal dasar bagi kita agar kemudian tetap menjaga pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tengah lemahnya ekonomi global," ujarnya.

Menurut Muliaman, tantangan terbesar dari OJK saat ini adalah memperdalam pasar modal dengan memperbankan pilihan produk investasi. Dengan demikian akan semakin menumbuhkan investor lokal dan asing. Artinya, memungkinkan pasar keuangan Indonesia menjadi tempat mobilisasi dana. Selain itu, penyaluran kredit juga akan terus didorong oleh sektor perbankan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement