REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) perbankan Indonesia berpotensi meningkat dalam beberapa kuartal ke depan. Meski begitu PT Bank Tabungan Negara (BTN) mengaku masih bisa mengendalikan NPL.
"Kami prediksikan NPL masih bisa dikendalikan dengan baik," ujar Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko, kepada Republika, Selasa, (11/4). Ia menjelaskan, saat ini BTN masih fokus kepada pembiayaan rumah.
Dirinya menambahkan, pembiayaan rumah sifatnya retail dan ada jaminannya. Sehingga NPL lebih bisa dikendalikan. Hanya saja ia tak memungkiri sekarang ada sedikit kenaikan NPL bila dibandingkan Desember 2016.
"Secara year on year (yoy) lebih baik, tapi memang kalau dilihat year to date (ytd) ada kenaikan sedikit," ujarnya. Meski begitu, Iman enggan menyebutkan total kenaikannya. "Disclosurenya hari Senin depan kita buka," tegasnya.
Sebelumnya, pada akhir 2016, NPL BTN turun menjadi sekitar 2,8 persen. Pada 2012 sempat tinggi di posisi 4,09 persen. Lalu pada 2013 sedikit menurun menjadi 4,05 persen. Selanjutnya menurun lagi di 2014 menjadi 4,01 persen. Masuk ke 2015, BTN berhasil menekan NPL hingga di bawah empat persen yakni 3,42 persen.