REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 70 ribu anak per tahun di dunia meninggal akibat penyakit tuberkulosis (TB). Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis anak rumah sakit pusat infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, dr Desrinawati, SpA.
Menurut dia, di Indonesia, penderita TB pada anak menempati peringkat kedua setelah infeksi paru seperti pneunomia.
"Ketika orang dewasa positif TB, anak yang serumah dengannya jadi berisiko terkena TB," katanya usai mengisi seminar bertema 'Menuju Indonesia Bebas Tuberkulosis' di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Selasa (11/4).
Dia menjelaskan, TB disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang bisa muncul dan aktif sewaktu-waktu. Ada beberapa langkah untuk mencegah TB. Di antaranya anak juga harus ikut diperiksa apakah mengidap penyakit itu ketika orang tuanya atau orang yang kontak dengannya positif TB.
Apalagi, kuman TB tak langsung menular, namunbisa suatu saat muncul. Jadi siapapun bisa terkena TB. Ketika anak positif TB, Desrinawati meminta supaya keluarga terus mengawasi dan mengingatkan agar sang anak terus minum obat.
"Lama pengobatan TB biasa misalnya menyerang paru hanya selama enam bulan. Namun, kalau TB tulang, ginjal bisa sembilan bulan," ujarnya.