Kamis 13 Apr 2017 14:07 WIB

Pengamanan Minim, Tamasya Al-Maidah Ditiadakan

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Motivator dan Aktivis Muslimah Neno Warisman (kanan), dan Fahira Idris (kiri) berorasi saat Peluncuran Gerakan Kemenangan (Gema) Jakarta  (Ilustrasi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Motivator dan Aktivis Muslimah Neno Warisman (kanan), dan Fahira Idris (kiri) berorasi saat Peluncuran Gerakan Kemenangan (Gema) Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Gema Jakarta Tony Rosyid mengatakan, program Tamasya Al-Maidah secara resmi dibatalkan. Hal ini dilakukan karena pertimbangan keterbatasan pengamanan yang dikhawatirkan akan kontraproduktif.

"Benar dibatalkan oleh Gema Jakarta," ujar Tony, Rabu (13/4).

Dengan keterbatasan keamanan tersebut, menurut Toni, dapat memancing oknum-oknum yang secara sistematis memanfaatkan Tamasya Al-Maidah ini untuk membuat kericuhan dan melanggar hukum. "Setelah mempertimbangkan kemungkinan timbulnya ekses negatif, maka kami dengan kearifan dan kesadaran penuh membatalkan program tersebut," kata dia.

 

Dia mengatakan, dengan pembatalan program Tamasya Al-Maidah ini, maka segala hal yang terkait dengan program Tamasya Al-Maidah tidak lagi ada hubungannya dengan Gema Jakarta. Karena itu, ucap dia, jika ada program Tamasya Al-Maidah yang berlanjut di kemudian hari, maka program tersebut bukan lagi program Gema Jakarta dan tidak menjadi tanggung jawab Gema Jakarta.

"Kalau di kemudian hari ada Tamasya Al-Maidah, berarti itu bukan dari Gema," ujarnya.

Tony mengaku, tidak mengalami kerugian atas pembatalan Tamasya Al-Maidah. Menurut dia, masih banyak lembaga independen lain yang lebih siap mengawal dan mengawasi Pilgub Jakarta putaran kedua.

"Bagi Gema Jakarta, tidak ada. Banyak pihak dan lembaga independen yang lebih siap, dan apa yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut sudah merepresentasikan warga Jakarta yang ingin pilkada jujur, adil dan fair," ujarTony.

Awalnya, Toni mengatakan, Gema Jakarta membuat tamasya demokrasi di putaran kedua Pilgub Jakarta dengan tujuan dapat menjadi peristiwa monumental bagi bangsa dan masyarakat. Namun, ide tersebut berkembang dan diberi istilah Tamasya Al-Maidah, tetap dengan tujuan agar dapat membantu terwujudnya pilgub yang jujur, adil, dan secara damai.

Namun, setelah mempertimbangkan kemungkinan timbulnya ekses negatif, Gema Jakarta dengan kearifan dan kesadaran penuh memutuskan meniadakan program tersebut, mengingat keterbatasan pengamanan yang tersedia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement