REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pembicaraan Turki dengan Rusia mengenai pembelian sistem pertahanan udara S-400 telah mencapai tahap akhir. Namun, Menteri Pertahanan Turki Fikri Isik mengatakan bukan berarti kesepakatan akan segera diteken.
Dalam konferensi pers Isik juga mengatakan negara-negara NATO tidak memberi penawaran alternatif sistem pertahanan yang efektif secara pendanaan. Pada 2015 Turki membatalkan tender senilai 3,4 miliar dolar AS untuk sistem pertahanan rudal jarak jauh yang telah diberikan sementara ke Cina.
Turki lantas mengatakan akan mempertimbangkan mengembangkan sistem rudal sendiri. Namun, langkah itu berubah.
"Turki jelas membutuhkan sistem pertahanan rudal, namun anggota NATO tidak memberi alternatif yang efektif dari segi pembiayaan. Pembicaraan mengenai S-400 telah mencapai titik final," kata Isik, Jumat (21/4).
Isik mengatakan Turki tidak akan bisa mengintegrasikan S-400 ke dalam sistem NATO.