REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Serangan udara Suriah atau Rusia, Selasa (25/4), menewaskan lebih dari selusin orang dan merusak parah rumah sakit di dan sekitar kota di Provinsi Idlib, yang dikuasai gerilyawan.
Pemantau yang berpusat di Inggris, Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah mengatakan serangan tersebut terjadi saat angkatan udara Suriah dan jet Rusia menggencarkan pengeboman terhadap Idlib. Idlib adalah kubu gerilyawan, salah satu dari sedikit wilayah luas di bawah kendali pemberontak di bagian barat negara tersebut.
Gerilyawan dan keluarga mereka, yang memilih meninggalkan daerah di bawah pengepungan pemerintah di sekitar Damaskus dalam kesepakatan pengungsian, telah menuju Idlib. Juru bicara rumah sakit di Kafr Takharim di Idlib mengatakan kepada Reuters bahwa serangan udara menewaskan 14 orang, termasuk pasien.
Pengamat itu mengatakan tidak ada kematian akibat serangan pada rumah sakit tersebut, tapi pemboman itu telah membuat operasional rumah sakit terhenti. Serangan udara terpisah di barat daya Kafr Takharim menewaskan sedikitnya 12 orang termasuk warga sipil dan gerilyawan, kata Observatorium.
Sebelumnya, menurut laporan Xinhua pada Rabu (26/4), enam kota kecil di sebelah barat Ibu Kota Suriah, Damaskus, telah terbebas dari gerilyawan, setelah kesepakatan pengungsian besar yang dicapai. Kota Kecil Madaya, Zabadani dan di Bugain, Serghaya, Bludan, dan Gunung Timur yang berdekatan di pinggiran barat Damaskus sekarang terbebas dari kehadiran gerilyawan.
Beberapa bus terakhir yang mengungsikan gerilyawan dan keluarga mereka meninggal keenam kota kecil tersebut pada Rabu. Daerah dikosongkan diperkirakan berjarak 50 kilometer di pinggir barat Damaskus, sementara 11 bus yang membawa sebanyak 500 gerilyawan dan keluarga mereka meninggalkan semua kota kecil tersebut menuju Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah pada Rabu pagi.
Rabu menandai gelombang kedua pengungsian dari kota kecil di sebelah barat Damaskus, dan juga pemeluk Syiah dan petempur dari Kota Kecil Kafraya dan Foa di Provinsi Idlib. Kesepakatan pengungsian itu dicapai antara Iran, di pihak Pemerintah Suriah, dan Qatar serta Turki, yang mewakiliki oposisi.
Kesepakatan itu dimulai dengan pertukaran tahanan, dan kemudian beberapa bus yang membawa 5.000 pemeluk Syiah dari Kota Kecil Kafraya dan Foa, yang pro-pemerintah, meninggalkan kota kecil tersebut. Semua bus itu bergerak menuju tempat persinggahan di Kota Kecil Rashideen, yang dikuasai gerilyawan, di Provinsi Aleppo dan sebanyak 2.350 gerilyawan dan keluarga mereka meninggalkan Kota Kecil Madaya menuju tempat persinggahan di Ramouseh, yang dikuasai pemerintah di swebelah selatan Kota Aleppo.
Rombongan itu dijadwalkan pergi ke masing-masing tujuan, gerilyawan ke Idlib dan pemeluk Syiah ke kota Aleppo.
sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement