REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ilmuwan Australia menggunakan teknologi khusus DNA untuk mengidentifikasi tulang-belulang dari tentara Australia dari Perang Dunia I.
Potongan tulang-belulang dari 10 orang tentara yang pernah bertugas di Prancis dan Papua Nugini saat ini sedang diuji dalam proses yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan karena usia dan kondisi dari tulang-belulang tersebut.
"Ini merupkan yang pertama bagi kami dan juga bagi Australia. Tes DNA ini tidak akan mungkin bisa dilakukan tanpa fasilitas seperti yang kami miliki,” kata Jodie Ward, spesialis DNA forensik di Patologi Kesehatan New South Wales.
Ward bekerja sama dengan unit Korban Perang Tak Terungkap Angkatan Darat Australia dari sebuah laboratorium di Lidcombe di barat Sydney. “Kami mampu mengekstraksi DNA dari sampel-sampel ini kemudian mengaplikasikan sejumlah teknologi kelas dunia untuk mendapatkan profil DNA. Ini yang kemudian dapat digunakan militer untuk mengidentifikasi tulang-belulang ini,” kata Ward.
Proses tersebut melibatkan mengkontaminasikan tulang-tulang itu, sebelum sebuah porsi disingkirkan, digiling menjadi bubuk dan dilarutkan untuk dieksraksi menjadi blueprint genetika.
Ward mengatakan teknik baru akan membantu memecahkan misteri dari 35 ribu warga Australia yang meninggal dalam perang dan mayatnya tidak pernah diidentifikasi. "Para tentara ini melakukan pengorbanan tertinggi bagi negara sehingga paling tidak yang bisa kita lakukan adalah coba mengidentifikasi mereka, memberikan kehormatan secara layak dan memberikan semacam ketenangan kepada keluarga mereka," jelasnya.
"Begitu seseorang berhasil diidentifikasi, mereka bisa mendapat tempat peristirahatan terakhir," tambahnya.
Langkah selanjutnya adalah mencari kerabat untuk dimintai sampel DNA dalam upaya untuk menyatukan kembali tentara tersebut dengan keluarga mereka. “Kami dapat mulai mencari DNA sekarang yang dapat membantu menentukan keturunan genetika seseorang, warna rambut, warna kulit dan warna mata mereka,” ujar Ward.
“Seluruh informasi itu dapat membantu militer mengidentifikasi para tentara ini,” katanya.
Diterbitkan Rabu 26 April 2017 dari berita berbahasa Inggris.