Selasa 02 May 2017 16:42 WIB

Deflasi Awal Tahun Dinilai tak Jamin Risiko Inflasi Teratasi

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Inflasi, ilustrasi
Foto: Pengertian-Definisi.Blogspot.com
Inflasi, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah terus diingatkan untuk tetap menjaga laju inflasi menjelang Bulan Puasa dan Lebaran 2017. Meski sejak Januari hingga April, rilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya tren deflasi, tetapi hal ini dianggap bukan jaminan risiko inflasi bisa teratasi.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai, kewaspadaan harus ditingkatkan terlebih secara pola memang Mei-Juni, apalagi berbarengan dengan Puasa dan Lebaran, selalu terjadi inflasi tinggi. Inflasi yang terjadi, ujarnya, terutama disumbangkan oleh kenaikan harga bahan pangan dan mahalnya tiket angkutan umum seperti pesawat, kereta api, dan kapal selama musim mudik dan balik Lebaran.

"Jadi deflasi sebagian komoditas pangan saat ini bukan jaminan di bulan Mei-Juni tidak terjadi inflasi pangan," ujar Bhima, Selasa (2/5).

Selain risiko yang berasal dari bahan pangan atau harga yang bergejolak (volatile foods), risiko inflasi juga datang dari harga yang ditetapkan pemerintah (administered prices). Apalagi, sejak awal 2017 telah diberlakukan penyesuaian tarif listrik golongan 900 Volt Ampere (VA). Penyesuaian dilakukan bertahap pada Januari, Maret, dan Mei 2017. Langkah pemerintah ini, kata Bhima, akan menyumbang tingkat inflasi yang lebih besar. Ditambah dengan risiko inflasi dari bahan pangan, maka periode Mei-Juni inflasi bisa terjadi lebih tinggi.

Namun, Bhima juga menyoroti soal rencana kenaikan harga BMM bersubsidi yang bakal dilakukan di semester II tahun ini. Artinya, kenaikan bisa saja terjadi di awal semester yakni Juli-Agustus. Ia mengingatkan pemerintah untuk lebih bijak dalam memutuskan waktu kenaikan harga BBM, lantaran periode Juli-Agustus bertepatan dengan mulainya tahun ajaran baru.

"Jadi intinya sih, solusinya memang kecukupan stok pangan sebelum puasa. Setidaknya itu yang bisa dikontrol oleh pemerintah," kata Bhima.

Ia memprediksi, angka inflasi Mei 2017 akan bertengger di level 0,35 persen dan inflasi Juni di angka 0,67 persen. Keduanya lebih tinggi dibanding raihan inflasi tahun lalu, yakni 0,24 persen pada Mei dan 0,66 persen pada Juni.

Baca juga: Inflasi April 2017 di Level 0,09 Persen Terimbas Kenaikan Tarif Listrik

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement