Selasa 09 May 2017 14:31 WIB

Kinerja Ekonomi Membaik, Sri Mulyani tak akan Ubah Target Pertumbuhan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku cukup puas dengan kinerja pertumbuhan ekonomi kuarta I 2017 yang menunjukkan perbaikan. Dengan raihan angka pertumbuhan sebesar 5,01 persen di kuartal pertama ini, ia optimistis target pertumbuhan sebesar 5,1 persen hingga 5,3 persen bisa tercapai sepanjang tahun 2017.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 disebutkan, target pertumbuhan sebesar 5,1 persen. "Masih (5,2 persen). Tidak akan diubah," ujar Sri singkat usai melakukan pertemuan dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Selasa (9/5).

Sri menjelaskan, konsumsi pemerintah yang menunjukkan adanya perlambatan belum memberikan gambaran serapan anggaran yang sebetulnya mengalami perbaikan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi pemerintah sepanjang kuartal pertama 2017 tumbuh 2,71 persen (yoy).

Angka ini melambat dibanding capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 3,43 persen (yoy). BPS mengungkapkan, perlambatan tersebut terutama karena perlambatan belaja barang dan belanja pegawai.

"Sebetulnya kecepatan untuk kuartal pertama berhubungan dengan kemampuan dari pemerintah untuk melakukan penyerapan. Tahun lalu ada pengurangan anggaran. Maka harusnya tahun ini ada imbas positif yang dirasakan. Jadi bukan masalah jumlah anggaran namun masalah kecepatan penyerapan," jelas Sri.

Sri menilai bahwa capaian kinerja pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 secara umum memberikan gambaran bahwa kebijakan pmerintah untuk menjaga mesin pertumbuhan berjalan baik. Meski begitu, ia mengaku bahwa pemerintah tetap mewaspadai segala risiko yang berasal dari sisi internal atau eksternal.

Presiden Jokowi, lanjut Sri, secara tegas meminta kepadanya untuk melakukan akselerasi belanja modal yang bersifat produktif. "Sementara belanja barang, Presiden ingin itu dikendalikan dan dipindahkan menjadi belanja modla yang produktif. Kita lakukan untuk itu," katanya.

Sementara untuk konsumsi rumah tangga yang juga melambat, Sri menilai bahwa ada tekanan yang disumbang oleh gejolak harga yang diatur pemerintah di awal tahun ini. Meski begitu, mengacu ada pada angka deflasi yang terjadi pada Maret sebesar 0,02 persen dan tren deflasi yang berlanjut hingga April lalu, Sri yakin bahwa inflasi bisa terjaga di level rendah dan mendorong konsumsi masyarakat.

Catatan BPS, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93 persen (yoy) pada kuartal I tahun ini. Namun, angka itu melambat dibanding kuartal satu tahun lalu sebesar 4,97 persen (yoy).

"Harga makanan cukup rendah ini merupakan awalan yang stabil untuk masuk ke Ramadhan dan Hari Raya. Kami memonitor terhadap barang-barang kebutuhan masyarakat agar tidak terjadi kenaikan signifikan pada Ramadhan dan Lebaran, sehingga inflasi terjaga," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement