Sabtu 13 May 2017 19:57 WIB

Hutan Seluas 60 Persen Benua Australia Ditemukan

Rep: Sri Handayani/ Red: Ilham
Penemuan hutan (ilustrasi).
Penemuan hutan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebuah analisis global baru mengenai persebaran hutan telah menemukan 467 juta hektare hutan yang sebelumnya tak diketahui. Luasnya setara dengan 60 persen ukuran Benua Australia.

Daily Mail menyebutkan, penemuan ini meningkatkan jumlah luasan hutan global hingga sekitar 9 persen. Ini juga akan secara signifikan meningkatkan perkiraan jumlah karbon yang tersimpan di di seluruh dunia.

Hutan baru ini ditemukan dalam survei lahan kering –sebutan untuk wilayah yang menerima sedikit air dalam presipitasi yang mereka alami melalui evaporasi dan transpirasi tanaman. Seperti dilaporkan dalam jurnal Science, lahan kering ini mengandung 45 persen lebih banyak hutan daripada yang ditemukan dalam survei sebelumnya.

Hutan lahan kering baru ditemukan di hampir semua benua, terutama di sub-Sahara Afrika, di sekitar Mediterania, India Tengah, pesisir Australia, Amerika Selatan bagian barat, Brasil Timur Laut, Kolombia Utara dan Venezuela, dan bagian utara hutan boreal di Kanada dan Rusia.

Di Afrika, penelitian ini telah menambah jumlah hutan lahan kering yang diketahui. Dengan teknik pemetaan satelit dan pemetaan saat ini, agak mengejutkan hutan-hutan ini tersembunyi begitu lama.

Walau bagaimanapun, luasan global hutan ini sulit diukur karena kepadatan pohonnya relatif rendah. Terlebih lagi, survei sebelumnya didasarkan pada citra satelit beresolusi rendah yang tidak termasuk validasi tanah.

Sebaliknya, penelitian ini menggunakan citra satelit dengan resolusi lebih tinggi melalui Google Earth Engine. Ini termasuk gambar lebih dari 210.000 lokasi lahan kering. Penelitian ini juga menggunakan interpretasi visual sederhana mengenai jumlah dan kepadatan pohon.

Lahan kering menempati 40 persen permukaan tanah di bumi. Wilayah ini memiliki kapasitas lebih untuk mendukung pohon dan hutan. Dengan pertambahan ini, ada kesempatan lebih banyak untuk memerangi perubahan iklim dengan melestarikan hutan ini.

Lahan kering mengandung beberapa ekosistem yang paling terancam, namun diabaikan. Banyak yang menghadapi tekanan dari perubahan iklim dan aktivitas manusia. Perubahan iklim akan menyebabkan banyak daerah ini menjadi lebih panas dan bahkan lebih kering, sementara ekspansi manusia dapat menurunkan lanskap ini lebih jauh lagi.

Model iklim menunjukkan bahwa biomassa lahan kering dapat berkembang sebesar 11-23 persen pada akhir abad ini. Artinya, area ini dapat mencakup lebih dari separuh permukaan tanah bumi. Mengingat potensi hutan lahan kering untuk mencegah penggurunan dan untuk melawan perubahan iklim dengan menyimpan karbon, penting untuk terus memantau kondisi hutan-hutan ini.

Penemuan ini secara dramatis akan meningkatkan keakuratan model yang digunakan untuk menghitung berapa banyak karbon yang tersimpan di lanskap Bumi. Hal ini pada gilirannya akan membantu menghitung anggaran karbon dimana negara dapat mengukur kemajuan mereka terhadap target yang ditetapkan dalam Protokol Kyoto dan penggantinya, Perjanjian Paris.

Studi ini meningkatkan perkiraan total cadangan karbon hutan global antara 15 gigaton dan 158 gigaton karbon -meningkat antara 2 persen dan 20 persen. Studi ini juga memberikan informasi dasar yang lebih akurat tentang status sink karbon saat ini, dimana pemodelan karbon dan iklim di masa depan dapat didasarkan. Ini akan mengurangi kesalahan pemodelan daerah lahan kering di seluruh dunia. Penemuan ini juga menyoroti pentingnya konservasi dan pertumbuhan hutan di daerah-daerah ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement