Selasa 16 May 2017 09:01 WIB

AS: Arab Saudi Merupakan Kunci Stabilitas Regional

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Presiden AS Donald Trump didampingi Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly (kanan)
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump didampingi Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Pascapelantikannya, Presiden Amerika Donald Trump memilih Arab Saudi sebagai negara pertama yang dikunjungi. Ada sejumlah alasan mengapa AS memiliih Arab Saudi untuk kunjungan pertamanya.

Sekretaris Homeland Security AS, John Kelly, mengungkapkan alasan Presiden AS Donald Trump memilih Arab Saudi sebagai negara pertama yang dikunjungi. Selain karena ikatan lama kedua negara, kata dia, alasan lain lantaran perawakan Arab Saudi di tingkat regional dan global.

"Hubungan Arab Saudi dan AS telah kuat selama beberapa dekade, Presiden (Trump) melihat Arab Saudi sebagai negara kunci untuk stabilitas di belahan dunia," kata Kelly seperti dilansir dari Saudi Gazette, Selasa (16/5).

Kelly mengatakan, Presiden Trump melihat hubungan AS dan dunia Arab secara umum dan Saudi khususnya, didasarkan rasa saling menghormati dan saling menguntungkan. Karenanya, penting bagi AS, Saudi dan negara-negara yang bertujuan baik untuk tetap bersama, termasuk dalam perang melawan ISIS.

Kelly merasa, pemerintahan AS sudah menempel dengan Saudi, terlihat dari seringnya Raja Salman dan Donald Trump melakukan pembicaraan di 110 hari pertama. Kepada Wakil Putra Mahkota, Muhammad bin Salman, ia menilai pandangan Trump tentang umat Islam telah diwakili dengan salah selama ini.

"Saya sering berinteraksi dengan presiden dan saya hanya mendengar hal positif tentang Muslim, tentang dunia Arab, tidak ada lain selain positif. Ia khawatir tentang apa yang mungkin terlihat, dia sama yakinnya dengan saya, itu bukan tentang umat Islam, bukan negara-negara yang tengah krisis," ujar Kelly.

Soal keringanan prosedur perjalanan warga Saudi ke AS, dia merasa, saat ini, sudah cepat dengan 100 ribu siswa asal Saudi yang datang ke AS untuk belajar di universitas. AS, ujar Kelly, merupakan negara yang sangat terbuka, dengan satu juta imigran legal yang datang setiap tahunnya.

Terkait itu, dia mengatakan, tidak akan ada masalah selama mereka yang datang ke AS bersikap sesuai dengan hukum. Tapi, jika datang secara ilegal atau menyalahi izin tinggal di visa, siapapun yang datang ke AS akan melanggar UU yang ada dan harus dipulangkan ke negara asal.

"Secara garis besar, AS tetap merupakan negara yang sangat ramah bagi imigran dan pengunjung legal," kata Kelly.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement