Selasa 30 May 2017 22:07 WIB

Pendeta yang Disandera ISIS Filipina Memohon Diselamatkan

Red: Ani Nursalikah
 Tentara Filipina di Marawi, Mindanao. Tentara bertempur melawan kelompok ISIS Maute sejak pekan lalu.
Foto: Reuters/Romeo Ranoco
Tentara Filipina di Marawi, Mindanao. Tentara bertempur melawan kelompok ISIS Maute sejak pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, MARAWI -- Seorang pendeta Katolik yang disandera militan di Marawi, Filipina, Teresito Suganob mengatakan, Selasa (30/5), dia disandera bersama 200 orang lain, termasuk anak-anak.

Dalam video yang tampaknya diambil  dalam paksaan oleh militan, Suganob mengatakan penyanderanya ingin militer menarik pasukan dari Marawi. Rekan Suganob membenarkan kepada Associated Press, pria dalam video tersebut adalah pendeta.

Tidak jelas kapan video itu direkam atau dirilis secara online, dan apakah Suganob mengatakannya secara sukarela atau dengan paksaan.

"Kami masih ingin hidup besok, kami ingin hidup bulan depan. Kami ingin hidup bertahun-tahun lagi, dan atas kedermawanan Anda Pak Presiden (Rodrigo Duterte), di hati Anda, kami tahu Anda bisa melakukan sesuatu," ujar Suganob yang berdiri di depan puing-puing dan gedung yang terbakar sebagian.

Pendeta Edwin de la Pena di Marawi mengonfirmasi pria itu adalah Suganob.

"Saya lega melihat dia hidup tapi kami juga sedih karena teroris bersedia bernegosiasi dan menggunakan sandera sebagai alat tawar," katanya melalui telepon.

Baca: Filipina Jadi Pusat Baru ISIS dan Tujuan Militan Asing

Menurutnya, video itu diambil di Marawi. Dia menambahkan Suganob terlihat sangat ketakutan ketika ledakan terdengar dalam video tersebut. Suganob juga menyebutkan sejumlah orang yang bersamanya, dan tampaknya mereka masih hidup.

"Hal ini memberi kami harapan mereka pantas diselamatkan. Jika serangan udara berlanjut, orang-orang ini benar-benar dalam bahaya," ujarnya.

Dalam video itu, Suganob mengatakan dia ditawan bersama seorang profesor dari Mindanao State University, dua pekerja gereja perempuan dan tujuh guru. "Bersama kami ada 200 tukang kayu, pembantu rumah tangga, anak dan remaja dan warga Kristen biasa," kata dia.

Pertempuran di Marawi terjadi akibat gagalnya penggerebekan militer untuk menangkap komandan militan Isnilon Hapilon yang disebut sebagai pemimpin ISIS di Filipina. Hapilon melarikan diri dan pasukannya menyerbu kota, merusak gedung dan menyandera warga.

Militer kini berhasil menguasai 70 persen Marawi. Kepala Staf Militer Jenderal Eduardo Ano mengatakan, Selasa, sekitar 100 militan, tentara dan warga sipil tewas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement