Kamis 01 Jun 2017 16:23 WIB

Startup Indigo.id Banyak yang Bergerak di Bidang Fintech

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
CEO Payfazz Hendra Kwik sedang menjelaskan layanannya dalam fasilitasi Indigo.id ke Global Venture Summits di Bali, baru-baru ini.
Foto: dok.Istimewa
CEO Payfazz Hendra Kwik sedang menjelaskan layanannya dalam fasilitasi Indigo.id ke Global Venture Summits di Bali, baru-baru ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sejumlah startup digital unggulan Indigo.id, banyak yang aktif bergerak di bidang financial technologi (fintech) dan jasa. Menurut Managing Director Indigo.id, Ery Punta Hendraswara, evolusi terus terjadi pada binannya sejak pertama program ini dirilis pada 2009 lalu hingga sekarang.

"Karena, start up kami banyak yang mengikuti perkembangan di masyarakat," ujar Ery dalam rilisnya, Kamis (1/5).Banyaknya start up-nya yang bergerak di sektor fintech, seiring dengan kian maraknya gaya hidup digital. Termasuk, pada sektor keuangan dan pembayaran di masyarakat.

Ery mencontohkan, salah satu layanan tersebut misalnya Kartoo, yakni layanan keuangan dalam mengatasi problematika tentang masih rendahnya utilitas poin loyalitas yang bahkan ditengarai baru mencapai 50 persen digunakan dari total anggaran tahunan di Indonesia 4 juta dolar Amerika.

Dengan layanan yang dipimpin Michael Luhukay tersebut, utilisasi akan lebih meningkat karena kustomer akan peroleh informasi promosi lebih detil sekaligus memungkinkan konsumen melakukan redeem poin loyalitas tersebut pada mitra Kartoo.

Layanan lainnya, kata dia, ada Payfazz. Yakni, layanan yang ditujukan pada masyarakat yang belum punya rekening perbankan. "Ini merespons data bahwa 64 persen masyarakat Indonesia itu unbanked dan 96 persen masyarakat Indonesia tak punya kartu kredit," katanya.

Paypazz sendiri, kata dia, menawarkan jasa pembayaran hingga kredit berbasis internet dengan menggunakan jasa agen mereka yang sudah mencapai kisaran 750 agen dengan melayani sekitar 75 ribu nasabah unbanked tersebut. Total transanksi berkisar 210 ribu kali sekalipun belum genap setahun layanan ini beroperasi.

Ery mengatakan, dengan konsep serupa, startup lainnya yang jadi andalannya adalah Fortsok. Yakni layanan integrasi ekosistem ritel yang melibatkan antara lain marketplaces, platform e-commerce, sektor logistik, dan sektor finansial.

Dengan sistem tersebut, kata dia, transaksi berjalan lebih terintegrasi sekaligus akan menghindari kemungkinan berbagai kesalahan transaksi penjualan yang berakibat kerugian bagi sektor ritel, terutama para pelaku bisnis garmen.

Hingga saat ini, kata dia, Forstok sudah dipercaya sejumlah merek besar sektor ritel antara lain The Body Shop, Metrodata, Gogobli, Hartono Elektronik, Erafone, Bantex, Maspion, dan seterusnya.

"Selain sektor fintech, andalan kami lainnya pada tahun ini juga di sektor jasa seperti Minutes dan Jasa Connect," katanya.

Minutes, kata dia, menjadi sarana reservasi masyarakat untuk jasa kecantikan, mulai dari salon, spa, hingga tempat cukur. "Jadi, pesan tempat ke jasa kecantikan itu bisa dari rumah," katanya.

Saat ini, kata Ery, sudah 100 lebih tempat layanan bekerja sama dengan total transaksi mencapai 2.100 kali dan 4.500 total pengguna aktif bulanan dari layanan Minutes tersebut.

Sedangkan untuk Jasa Connect sendiri, kata dia,  menyiapkan sekitar 5.000 teknisi yang dapat melayani perbaikan barang elektronik atau peralatan rumah tangga yang rusak dan atau habis masa garansinya, sehingga memudahkan masyarakat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement