Selasa 06 Jun 2017 06:06 WIB
Haul Sukarno

Sukarno Dekat dengan Islam Sejak Zaman Pergerakan

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Karta Raharja Ucu
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani.
Foto: Istimewa
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden pertama Indonesia Sukarno dinilai memiliki kedekatan emosional dengan Islam sebelum Indonesia merdeka. Bahkan, pria yang akrab disapa Bung Karno tersebut kerap kali berkolaborasi dengan tokoh Islam saat memerdekakan Indonesia.

“Kalau kita membaca dan melihat sejarah sebetulnya hubungan Bung Karno dengan para kiai bahkan dengan Islam, itu sudah dilakukan sejak beliau masih zaman pergerakan,” kata Puan Maharani, di Jakarta, Kamis (18/5).

Menurut cucu Bung Karno ini, sebelum menjadi presiden, kepedulian kakeknya terhadap Islam sangat besar. Sebab, proklamator kemerdekaan Republik Indonesia itu berasal dari keluarga Muhammadiyah yang kemudian dekat dengan keluarga Nahdatul Ulama (NU), termasuk dengan KH Wahid Hasyim.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI itu menyatakan, keberpihakan dan hubungan antara Islam Nusantara dan nasionalis itu memang sudah terjadi sejak dahulu. Sebagai pendiri bangsa, kata Puan, Bung Karno selalu menyatakan tidak mungkin Islam berdiri sendiri, sebagaimana nasionalis yang tidak mungkin berdiri sendiri.

“Jadi memang Indonesia harus dijaga, harus dibangun Islam dengan nasionalis,” ujar politikus PDIP ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement