REPUBLIKA.CO,ID, JAKARTA -- Pada masa-masa berikutnya, banyak masjid besar dan megah di Indonesia menggunakan kubah untuk menambah keindahannya. Misalnya, Masjid Istiqlal Jakarta yang tampil gagah dengan kubah berdiameter 45 meter.
Masjid ini mampu menampung lebih dari 200 ribu jamaah. Kubah juga menambah keindahan masjid di Islamic Centre, Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Kabarnya, ini merupakan masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal. Masjid ini memiliki luas bangunan utama 43.500 meter persegi.
Umat Islam di Indonesia mengenal pula Masjid Al Markaz Al Islami di Makassar yang dibangun pada 8 Mei 1994. Desain arsitektur Al Markaz Al Islami banyak dipengaruhi oleh Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah Al Munawwarah. Ada pula Masjid Dian Al-Mahri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Kubah Emas. Masjid yang dibangun pada 1991 ini berada di Depok, Jawa Barat. Kubahnya menjadi magnet bagi kaum Muslimin di Indonesia untuk mengunjunginya.
Masjid ini memliki lima kubah, satu kubah utama dan empat kubah kecil. Uniknya, seluruh kubah dilapisi emas setebal 2-3 mm dan mozaik kristal. Bentuk kubah utama menyerupai kubah Taj Mahal. Kubah tersebut memiliki diameter bawah 16 meter, diameter tengah 20 meter, dan tinggi 25 meter. Sementara empat kubah kecil berdiameter bawah enam meter, tengah tujuh meter, dan tinggi delapan meter.
Meski kebanyakan masjid di Indonesia kini menggunakan kubah, sejumlah arsitek kawakan Indonesia berusaha untuk mematahkan hal tersebut. Sebut saja arsitek Masjid Salman ITB, Bandung, Ahmad Noe’man. Masjid yang dibangun pda 1964 ini tidak memiliki kubah melainkan atap datar yang dibuat dari beton dan membentang sepanjang 25 meter.
Di setiap ujung atap tersebut terdapat lengkungan ke atas sehingga menyerupai cawan terbuka. Lengkungan ini tidak hanya berfungsi sebagai penghias masjid, tetapi juga berfungsi sebagai talang datar untuk mengalirkan air dari atap datarnya sebagai antisipasi terhadap tingginya curah hujan di Indonesia.
Selain Masjid Salman, arsitek Ridwan Kamil yang membangun Masjid Al Irsyad di Kota Parahyangan, Bandung, juga menghindari kubah. Masjid ini berbentuk kubus. Masjid ini terinspirasi dari bentuk Ka’bah. Mihrab masjid ini juga tidak sama dengan masjid kebanyakan. Mihrabnya dibiarkan terbuka, tidak dikelilingi dinding.
Pada 2010, Masjid Al-lrsyad terpilih sebagai salah satu dari lima bangunan terbaik dunia versi National Frame Building Association untuk kategori arsitektur tempat ibadah. Konsep bangunannya yang ramah lingkungan pun mengantarkan masjid ini mendapat peng hargaan FuturArc Green Leadership Award 2011 oleh Building Construction Information (BCI) Asia.
Masjid-masjid tanpa kubah ini tampaknya berusaha untuk meluruskan miskonsepsi yang terjadi dalam masyarakat Islam Indonesia. Bahwa tanpa kubah pun, masjid adalah masjid. Tempat beribadah dan menghadapkan muka kepada Sang Pencipta.