Ahad 11 Jun 2017 10:47 WIB

Putra Muammar Gaddafi Dibebaskan dari Tahanan Libya

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Anak laki-laki dan pewaris takhta diktator Libya Muammar Gaddafi, Seif al-Islam pada 2011.
Foto: Reuters
Anak laki-laki dan pewaris takhta diktator Libya Muammar Gaddafi, Seif al-Islam pada 2011.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Anak laki-laki dan pewaris takhta diktator Libya Muammar Gaddafi, Seif al-Islam, telah dibebaskan setelah lebih dari lima tahun ditahan di tahanan Libya. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Batalion Abu Bakr al-Siddiq mengatakan, Seif al-Islam dibebaskan pada Jumat (9/6).

Namun mereka menolak mengungkapkan keberadaan Seif dengan alasan keamanan. Mereka mengatakan, Seif dibebaskan setelah mendapatkan pengampunan yang dikeluarkan oleh parlemen Libya yang berbasis di Kota Tobruk di wilayah timur negara itu.

Parlemen di Kota Tobruk adalah satu dari tiga pemerintahan saingan di Libya. Persaingan ini menjadi bukti kekacauan yang telah terjadi di negara tersebut sejak penggulingan dan kematian Gaddafi.

Seif ditangkap oleh anggota Batalion Abu Bakr al-Siddiq pada akhir 2011, ketika sebuah pemberontakan dilakukan untuk menggulingkan Gaddafi setelah lebih dari 40 tahun ia berkuasa. Gaddafi kemudian terbunuh dalam pemberontakan itu.

Pemberontakan tersebut juga menggiring Libya, sebuah negara Afrika Utara yang kaya minyak, ke dalam perang saudara yang mematikan. Seif al-Islam saat itu memimpin pasukan loyalis Gaddafi dan melawan para pemberontak.

Seif al-Islam disebut akan menjadi penerus ayahnya dan diharapkan dapat memunculkan wajah modern Libya. Namun revolusi yang didukung NATO, yang terinspirasi oleh Arab Spring 2011, turut terjadi di Libya dan nasib Seif pun berubah.

Tepatnya pada November 2011, Seif al-Islam, yang namanya memiliki arti 'Pedang Islam', ditangkap oleh kelompok bersenjata dan ditahan di sebuah puri di puncak bukit utara Zintan, sebelah barat daya Tripoli. Sejak saat itu dia berada di antara Pengadilan Pidana Internasional dan pihak berwenang Libya yang melakukan tarik-menarik secara hukum.

Pada Juni 2011, hakim Pengadilan Pidana Internasional resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Seif al-Islam, atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang berkaitan dengan pemberontakan.

Lahir pada 25 Juni 1972, Seif al-Islam adalah anak kedua dari delapan anak Gaddafi. Ia merupakan putra sulung dari istri kedua Gaddafi, Safiya. Ia menerima gelar doktor dari London School of Economics, namun tidak memegang jabatan resmi.

Dia memiliki pengaruh sebagai utusan setia rezim Gaddafi dan arsitek reformasi. Dia sangat ingin menormalisasi hubungan dengan Barat dan pada 2007 meluncurkan stasiun televisi swasta pertama di negara itu, serta dua surat kabar.

Seif al-Islam menjadi terkenal pada 2000, ketika Yayasan Gaddafi yang dipimpinnya menegosiasikan pembebasan sandera Barat yang ditawan oleh pemberontak Muslim di Filipina. Pada 2007, dia menjabat sebagai mediator perilisan perawat Bulgaria 2007 yang dipenjara karena dituduh menyebarkan wabah AIDS di rumah sakit.

Dia juga menegosiasikan kesepakatan kompensasi untuk keluarga korban yang terbunuh dalam pemboman pesawat Lockerbie pada 1988 dan UTA Flight 772 pada 1989. Libya disalahkan atas dua insiden tersebut.

Seif al-Islam telah lama menjadi wajah rezim Gaddafi di Barat. Ia memiliki penampilan yang baik dengan kemampuan berbicara bahasa Inggris yang lancar, juga bahasa Jerman dan bahasa Prancis.

Namun citra reformisnya lenyap dengan cepat setelah pemberontakan untuk melawan kediktatoran ayahnya diluncurkan di Benghazi pada Februari 2011. "Kami tidak akan menyerah, kami tidak akan meninggalkan pertarungan," kata Seif dalam pidato terakhirnya yang disiarkan di televisi pada 21 Agustus 2011.

Dalam pemberontakan itu, tiga dari tujuh putra Gaddafi terbunuh. Seseorang putra yang selamat, Saadi Gaddafi, menghadapi pengadilan di Libya atas tuduhan pembunuhan seorang pelatih sepak bola pada 2005 dan tuduhan represi selama pemberontakan tersebut.

Sementara ibu Seif al-Islam, Safiya, dan tiga saudara kandungnya mendapatkan perlindungan di Aljazair setelah revolusi dan kemudian pindah ke Oman.

Seif al-Islam dan delapan tokoh era Gaddafi lainnya, termasuk Senussi, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan Tripoli pada Juli 2015. Pada Juni tahun lalu, pengacara baru yang membela Seif al-Islam mengumumkan bahwa mereka akan meminta Pengadilan Pidana Internasional untuk membatalkan kasus Seif.

"Kenyataannya adalah bahwa pengadilan telah dilakukan. Dia telah diadili dan dihukum di Libya. Ini adalah prinsip hukum yang jelas bahwa seseorang tidak dapat diadili dua kali untuk pelanggaran yang sama," kata pengacara veteran Karim Khan, di Den Haag, dikutip Daily Mail.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement