Jumat 16 Jun 2017 09:54 WIB

Karakter Pemimpin dalam Perspektif Alquran

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi Pemimpin
Foto: pixabay
Ilustrasi Pemimpin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- KH A Nur Alam Bakhtir memberikan kultum tentang karakter pemimpin dalam perspektif Alquran menjelang shalat Tarawih di Masjid Agung Sunda Kelapa, Jakarta, Rabu (15/6). Menurutnya, berbicara tentang pemimpin dalam perspektif Islam adalah seperti yang dijelaskan Rasulullah dan Alquran.

KH Nur Alam menyampaikan, menurut Rasulullah, sesungguhnya semua orang adalah pemimpin. Pemimpin keluarga, istri pemimpin internal keluarga, suami memimpin mengurusi semua anggota keluarga, pemimpin masyarakat, perusahaan dan organisasi. Termasuk RT, RW, lurah dan camat juga pemimpin.

"Jadi tidak ada manusia yang lepas dari kategori kepemimpinan. Sekala globalnya adalah pemimpin negara," kata KH Nur Alam saat memberikan kultum menjelang tarawih, kemarin.

Ada dua jenis pemimpin yang digambarkan Alquran secara garis besar. Pertama, pemimpin yang mengajak umatnya ke jalan yang tidak benar. Di dalam Surat Al Qashas Ayat 41 dijelaskan; Dan kami jadikan di antara umat manusia itu pemimpin-pemimpin yang mengajak umatnya ke dalam api neraka.

Dia mencontohkan, pemimpin yang mengajak pengikutnya ke dalam api neraka seperti Firaun yang berhadapan dengan Nabi Musa AS. Contoh lainnya Nimrod yang berhadapan dengan Nabi Ibrahim AS. Abu Jahal dan Abu Lahab berhadapan dengan Rasulullah.

Menurutnya, sampai kapan pun akan tetap ada pemimpin yang mengajak ke dalam neraka seperti Firaun, Nimrod, Abu Jahal dan Abu Lahab. Jenis pemimpin yang kedua digambarkan dalam Alquran, yakni pemimpin yang mengajak umat yang dipimpinnya ke dalam surga. Pemimpin jenis kedua ini digambarkan dalam dua ayat. Pertama, Surat As Sajdah Ayat 24 yang menjelaskan tiga karakter pemimpin.

Allah berfirman, "kami jadikan di antara umat manusia itu ada pemimpin yang punya karakter mengajak umatnya terhadap agama kami yang benar dan jalan yang lurus" (32:24).  "Pemimpin seperti ini pundaknya mengemban amar makruf nahi mungkar. Kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu amar makruf nahi mungkar. Yang keluar dari pikirannya juga selalu amar makruf nahi mungkar," jelas KH Nur Alam.

Jadi, semua kebijakan yang dibuat pemimpin seperti itu selalu berlandaskan kepada amar makruf nahi mungkar. Karakter pemimpin yang pertama adalah amar makruf nahi mungkar. Kemudian, karakter pemimpin yang kedua, pemimpin yang mengajak umatnya ke dalam surga memiliki karakter sabar.

Dikatakannya, di Indonesia ada sekitar 17 ribu pulau, beragam bahasnya, karakter, etnis, suku, kepercayaan dan agam. Sehingga, untuk memimpinnya membutuhkan kesabaran, kearifan dan wawasan yang luas.

Karakter pemimpin yang ketiga, pemimpinnya yakin dengan isyarat dari Allah. "Yakin adalah iman, yakin kalau memimpin begini nanti akibatnya begini, kalau masyarakatnya beriman dan bertakwa maka Allah akan menurunkan berkah dari langit dan bumi. Tapi kalau sebaliknya tunggu azab," ucapnya.

KH Nur Alam menegaskan, yakin datangnya azab bukan hanya karena eksploitasi alam saja, tapi yakin karena eksploitasi moral juga bisa menghancurkan sebuah peradaban. Bahkan bisa menghancurkan sebuah negara. Makanya, pemimpin harus yakin kepada ayat-ayat Alquran dan optimis membangun peradaban. Artinya, membangun peradaban bukan hanya sekedar membangun infrastruktur saja.

Seperti kata Bung Karno dan para pendiri bangsa, bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Maksudnya, jiwa harus dibangun sehingga manusia menjadi beradab, taat hukum, cerdas dan saling menghormati. Untuk menciptakan toleransi pun harus dengan keadilan, kecerdasan dan ilmu.

Kemudian, jenis pemimpin menurut Surat Al Anbiya Ayat 73. Diterangkan KH Nur Alam, pemimpin yang mengajak kepada surga. Jiwanya selalu berbuat baik. Memberikan spirit dan stimulan terhadap orang-orang yang dipimpinnya untuk selalu berlomba dalam berbuat kebaikan.

"Pemimpin seperti ini tidak ada rencana untuk korupsi, tidak ada peraturan yang menguntungkan hanya kalangan atas sambil mengeksploitasi kalangan bawah," ujarnya.

Pemimpin menurut Surat Al Anbiya Ayat 73, memiliki jiwa yang adil. Artinya pemimpin yang selalu mengutamakan rakyatnya ketimbang dirinya dan kelompoknya. Pemimpin seperti ini juga memiliki ubudiyah yang bagus. Pemimpin tersebut mendirikan sholat dan zakat.

Tapi, dikatakan KH Nur Alam, bukan zakat yang kamuflase untuk pencitraan. Pemimpin yang baik diam-diam mengeluarkan zakat, mencari orang paling miskin dan sangat membutuhkan. Pemimpin ini selalu tunduk kepada perintah Allah. Di samping itu, pemimpin yang baik memiliki niat ibadah. Saat dia keluar dari rumah untuk mengurus rakyat niatnya ibadah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement