REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Kabar baik untuk Anda yang hobby bepergian, sejumlah industri penerbangan memprediksi ongkos perjalanan dengan menggunakan moda transportasi udara akan semakin murah.
Dalam sebuah wawancara untuk menandai 20 tahun sejak dilakukannya privatisasi Bandara Melbourne, Direktur Eksekutif bandara tersebut Lyell Strambi mengatakan ada kabar baik bagi para penumpang. "Jika Anda memperhatikan harga perjalanan udara dalam jangka panjang, kita akan melihat harga-harga tiket semakin murah, dan bandara merupakan bagian dari cerita itu," katanya baru-baru ini.
Dia mengatakan investasi bandara di sektor infrastruktur seperti terminal otomatis akan membantu menekan biaya bagi maskapai penerbangan.
"Agar kita bisa sukses, kita membutuhkan maskapai penerbangan yang sukses juga," katanya.
"Agar perusahaan penerbangan sukses, mereka perlu mengendalikan harga tiket agar semakin murah bagi pelanggan mereka dengan kualitas yang mereka inginkan.
"Para pelancong menuai keuntungan melalui mekanisme ini dalam bentuk tarif yang lebih rendah.".
Jumlah Penumpang Melonjak
Jumlah orang yang menggunakan Bandara Melbourne meningkat lebih dari dua kali lipat - dari hampir 14 juta orang per tahun pada tahun 1997 menjadi lebih dari 35 juta orang selama 12 bulan terakhir.
Lyell Strambi mengatakan bahwa dirinya memperkirakan pertumbuhan ini akan terus berlanjut, dan jumlah penumpang akan meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun ke depan.
Agar bisa mengimbangi pertumbuhan itu, bandara Melbourne saat ini sedang dalam tahap awal merencanakan terminal kelima.
"Jika Anda memikirkan permintaan bandara yang terus bertumbuh atau berlipat ganda selama 20 tahun ke depan maka sudah jelas fasilitas terminal tambahan akan sangat diperlukan,” kata Strambi.
Dia mengatakan bahwa bandara tersebut akan terus mendorong pemerintah negara bagian Victoria dan federal untuk membangun jaringan kereta ke bandara, namun tidak jelas apakah jalur kereta api baru itu akan terhubung dengan layanan yang ada.
Hingga saat itu tiba, Lyell Strambi tidak akan mengatakan apakah bandara akan berkontribusi mendanai proyek rel ke bandara tersebut.
"Saya pikir kita akan menunda keputusan itu sampai kita melakukan pekerjaan penting yang perlu dilakukan sekarang - apa yang akan kita selesaikan, apa investasi terbaik untuk teka-teki yang ingin kita jawab?" kata Strambi.
Ancaman teror terus meningkat
Pada bulan Mei, sebuah penerbangan Malaysia Airlines terpaksa kembali ke bandara Melbourne setelah seorang pria mencoba memasuki kokpit dengan apa yang digambarkan polisi sebagai objek "seperti speaker".
Strambi mengatakan bahwa bandara Melbourne akan terus-menerus meninjau ulang prosedur keamanannya.
"Hal yang harus kita ingat dengan ketakutan Malaysia Airlines adalah bahwa sistem keamanan benar-benar bekerja, tidak ada perangkat yang bisa naik ke pesawat yang seharusnya tidak diperbolehkan masuk ke kabin pesawat terbang," katanya.
Dia mengatakan bandara Melbourne bekerja sama dengan pihak keamanan untuk menjamin keamanan penumpang.
"Kami tahu bahwa ancaman teroris selalu berkembang dan selalu berubah, dan kami sangat dekat dengan Departemen Keselamatan Transportasi untuk memastikan bahwa kami menghadapi tren dan persyaratan terkini," katanya.
Diterjemahkan pada pukul 10:00 WIB, 3/7/2017 oleh Iffah Nur Arifah dan simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.