REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat inflasi yang rendah berpotensi terus berlanjut hingga akhir 2017. Apalagi, penyesuaian tarif listrik untuk golongan 900 Volt Ampere (VA) sudah dilakukan sebanyak tiga tahap, terakhir Mei lalu. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai, rampungnya penyesuaian tarif listrik memberikan arti bahwa andil tarif listrik terhadap inflasi akan nol persen.
Suhariyanto mengungkapkan bahwa selama ini bobot listrik terhadap inflasi berada dalam rentang 3,9 persen hingga 4,0 persen untuk Juni 2017. Inflasi rendah, ujarnya, bisa terjaga dengan keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga September mendatang.
"Mudah-mudahan hitung-hitungannya masih cukup ya. Kan harga minyak juga turun (sehingga tidak ada kenaikan BBM lagi)," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (3/7).
Ia mengungkapkan, pengendalian inflasi nantinya akan bertumpu pada pengendalian harga bahan pangan yang bergejolak. Hal ini tentu dengan catatan bila harga yang dikendalikan pemerintah, seperti listrik dan BBM benar-benar tidak ada kenaikan lagi. "Kalau listrik kan tidak ada kenaikan lagi. Listriknya habis, kalau bisa kontrol harga pangan akan lebih bagus lagi," katanya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, nilai inflasi Juni lalu sebesar 0,69 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,72. Pada Mei lalu, inflasi tercatat sebesar 0,39 persen, lebih rendah dibanding inflasi Juni 2017. Dari 82 kota yang disurvei, 79 kota di antaranya mengalami inflasi dan hanya tiga kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual, Maluku dengan nilai 4,48 persen dan terendah terjadi di Merauke, Papua dengan angka 0,12 persen. Sementara deflasi tertinggi dialami oleh Singaraja, Bali dengan angka 0,64 persen dan deflasi terendah di Denpasar, Bali dengan nilai 0,001 persen.
Ketua BPS Suhariyanto menyebutkan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,69 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,39 persen, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,75 persen, kelompok sandang sebesar 0,78 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,34 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,27 persen.
Sementara itu, tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Juni) 2017 sebesar 2,38 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2017 terhadap Juni 2016) sebesar 4,37 persen. Komponen inti pada Juni 2017 mengalami inflasi sebesar 0,26 persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender (Januari–Juni) 2017 mengalami inflasi sebesar 1,59 persen dan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun (Juni 2017 terhadap Juni 2016) sebesar 3,13 persen.