REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penurunan daya beli masyarakat dirasakan langsung dampaknya oleh para peritel. Siti Cholikah, salah satu pedagang di Pusat Grosir Thamrin City menyebut, omzet yang ia raih selama Ramadhan lalu merosot sekitar 50 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Tahun ini seperti nggak ada Lebaran. Sepi-sepi saja kayak hari biasa," ujar pedagang yang juga memiliki konveksi pakaian tersebut, saat ditemui Republika.co.id di kiosnya, Jumat (7/7).
Pemilik kios Akbar Collection itu menuturkan, saat Ramadhan tahun lalu, penjualan masih meningkat 40 persen dibanding hari normal. Biasanya, tiga bulan sebelum puasa, banyak pembeli dari luar Jakarta yang datang untuk berbelanja dalam jumlah besar. Namun, tahun ini, Cholikah mengaku tak melihat euforia belanja seperti itu.
"Semuanya sama, saya ngobrol sama pedagang di Tanah Abang juga pada bilang sepi," ujarnya.
Meski kondisi pasar tengah menurun, Cholikah tidak perlu memikirkan uang sewa kios karena ia sudah menjadi pemilik tiga blok toko di Thamrin City. Di hari biasa, ia biasanya memproduksi kebaya dan aksesoris pelengkapnya. Namun, jelang Ramadhan, ia beralih menjual baju muslim untuk merespons permintaan pasar.
Keluhan serupa juga disampaikan pedagang Pusat Grosir Thamrin City yang lain. Fitrah, pemilik toko jilbab Salwa Scarf, menuturkan bahwa penjualan tahun ini menurun signifikan. Biasanya, menurut dia, ada pola peningkatan penjualan terjadi mulai awal pekan kedua Ramadhan hingga jelang Idul Fitri. Namun, belakangan pasar hanya ramai di 10 hari terakhir Ramadhan. "Biasanya kalau Ramadhan itu barang habis terus. Sekarang sudah nggak bisa," ujar wanita yang sudah 10 tahun berdagang di Thamrin City tersebut.
Namun begitu, Fitrah memaklumi kondisi melemahnya daya beli masyarakat mengingat momen Idul Fitri berdekatan dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Fitrah memiliki empat kios di Thamrin City, tiga di antaranya menjual jilbab. Produk-produk yang dijual semuanya barang impor yang didatangkan dari Cina dan Turki.