REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), menolak menjadi tuan rumah ajang balap sepeda internasional Tour de Flores (TDF) 2017, yang akan digelar 14-20 Juli 2017.
Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Wely Rohimone yang dikonfirmasi, Sabtu mengkui adanya penolakan dari Pemerintah Kabupaten Lembata untuk menjadi tuan rumah TDF 2017.
"Lembata menolak menjadi tuan rumah, tetapi saya juga belum tahu alasan apa," kata Wely Mone.
Kabupaten Lembata direncanakan akan menjadi titik start bagi para pembalap sepeda internasional Tour de Flores 2017 pada 14 Juli 2017.
Dia mengatakan telah berkoordinasi dengan panitia di lapangan untuk mengalihkan titik start dari Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur.
"Pada TDF 2016, Larantuka menjadi titik start. Tahun ini kita rencanakan dari Lewoleba, Lembata, tetapi karena pemerintah daerah tidak bersedia, maka kita alihkan kembali ke Larantuka," katanya.
Di sisi lain, dia menjelaskan, jarak tempuh balap sepeda internasional TDF 2017 ini telah mengalami penambahan dari sebelumnya sepanjang 661,5 kilometer menjadi 808 kilometer karena adanya rute baru Aegela-Mbay.
Para pebalap, lanjutnya, akan memulai etape pertama dari Larantuka ibu kota Kabupaten Flores Timur di ujung timur Pulau Flores, selanjutnya menuju Maumere, Ende, Mbay, Borong, Ruteng, dan finish di kota paling barat Pulau Flores yaitu Labuan Bajo.
Penambahan jarak tempuh itu, diyakini akan menjadi tantangan tersendiri bagi pebalap internasional yang kini telah terdaftar sebanyak 20 tim atau lebih dari 150 orang tersebar dari Eropa, Amerika, Asia, dan Australia.
"Tentu semakin jauh jarak tempuh ini akan memacu kemampuan usaha masing-masing pebalap untuk menaklukkan setiap etapenya, apalagi para pebalap internasional itu biasanya suka sekali dengan tantangan-tantangan baru," katanya.