REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Anggota Komisi XI DPR Eva Kusuma Sundari, pesimistis dengan target pertumbuhan oleh pemerintah sebesar 5,2 persen dalam RAPBN-P 2017. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah hati -hati dalam menetapkan target.
''Gak mungkin meraih angka 5,2 persen. Jadi baru pertama ini asumsi dasar diubah untuk pertumbuhan yang lebih bagus,'' ucap Eva, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (11/7).
Dirinya juga menilai rasionalisasi penerimaan pajak yang dikoreksi sebesar Rp 50 triliun cukup krusial. Oleh karena itu, defisit bengkak dari 2,6 persen menjadi 2,9 persen. Dalam UU, batas defisit tidak boleh melebihi 3 persen.
Tapi, lanjutnya, kalau melihat tendensi ekonomi global, pemerintah percaya diri pertumbuhan bisa sampai 5,2 persen. Di sisi lain, Eva tidak mempersoalkan kebijakan utang pemerintah.
Sebab, jika mengandalkan profil APBN, Pemerintah tidak akan melakukan pembangunan. Karena ruang fiskal yang ada sudah dipatok dan hanya tersisa 10 persen.
''Kapan kita mau jadi negara industri kalau infrastruktur tidak ada, energi tidak ada. Jadi kalau sekarang tambah utang untuk infrastruktur, hasillnya kelihatan, investment grade kita naik. Jadi berada di tujuan yang tepat,'' jelas dia.
Menurutnya, selama rasio utang terhadap PDB maasih di bawah 30 persen, maka utang tidak menjadi persoalan. Hanya saja, Eva mengingatkan pemerintah jangan terlalu optimistis boleh. Pemerintah tetap harus hati-hati, karena apapun bisa terjadi dalam ekonomi global.