Selasa 11 Jul 2017 19:35 WIB

SMP Muhammadiyah Pekanbaru tak Terapkan Perpeloncoan Siswa

Masa Orientasi Sekolah
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Masa Orientasi Sekolah

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- SMP Muhammadiyah I Pekanbaru, Provinsi Riau tidak menggelar perpeloncoan dalam masa orientasi sekolah bagi siswa baru, melainkan menggantinya dengan forum ta'arub siswa yakni pengenalan lingkungan disekitar sekolah.

"Forum Ta'arub meliputi kegiatan pengenalan lingkungan sekolah, cara belajar efektif, memahami aturan sekolah dan tata krama, serta materi Al Islam ke Muhammadiyahan," kata Kepala SMP Muhammdiyah I Pekanbaru, Firnando di Pekanbaru, Senin (11/7).

Ia mengatakan itu terkait hari pertama pelajar SMP mengikuti proses pendidikan tahun ajaran 2017, dan SMP Muhammadiyah tidak menggelar masa perpeloncoan.

Menurut Firnando, manejemen sekolah tidak menggelar perpeloncoan karena harus memberi kesan yang baik bagi pelajar tentang sekolah mereka sehingga anak-anak menjadi senang dan insya Allah akan membantu mereka belajar dengan baik.

Ia mengatakan, SMP Muhammadiyah I tidak perlu menggelar perpeloncoan apalagi sudah ada ketetapan dari Mendikbud Muhadjir Effendy bahwa semua pihak untuk menjadikan sekolah sebagai 'rumah kedua' bagi siswa. 

"Kita menggelar MOS harus jauh dari perpeloncoan atau kekerasan dan MOS hanya berisi pengenalan lingkungan belajar yang baru dan membangun nasionalisme yakni cinta Tanah Air," katanya.

Ia menjelaskan pada tahun 2017 dibuka 7 kelas terdiri atas 4 kelas Binsus (bimbingan khusus) masing-masing dengan jumlah pelajar hanya 30 orang, dengan kelas memiliki alat pendingin (air conditioner) , pelajar mendapatkan locker serta proses belajar menggunakan infokus.

Sedangkan untuk kelas reguler sebanyak tiga lokal dengan 32 pelajar saja. Sesuai Permendikbud, pembatasan jumlah pelajar dalam satu lokal itu dilakukan karena SMP Muhammdiyah I Pekanbaru juga telah memperoleh akreditasi A dengan nilai mencapai 96 sejak tahun 2012.

"Tahun 2017 kami sedang menyiapkan usulan evaluasi akreditasi untuk tahun 2018, yang diwajibkan evaluasi akreditasi harus dilakukan sekali dalam lima tahun itu," katanya.

Ia mengatakan, pelajar SMP akan diberikan pengetahuan umum sekaligus selama 10 jam pelajaran agama Islam keMuhammadiyahan, dengan program unggulannya yakni Tahfidz Alquran adalah program menghafal Quran 30 juz.

Pelajar, katanya lagi, juga dibekali dengan pengetahuan tentang penyelengaraan jenazah pada kelas sembilan dengan harapan mereka kelak bisa memberikan bantuan pada keluarga dan tetangganya.

"Dengan sistim pendidikan vokasional dari pukul 07.10-16.30, dengan menerapkan kurikulum 13 sejak 2013 itu melalui manejemen pendidikan berbasis sekolah, SMP Muhammadiyah I kini didukung oleh sebanyak 37 orang pendidik diantaranya 8 PNS, 15 guru Yayasan Perserikatan Muhammdiyah dan 10 tenaga kontrak," katanya. 

Ia menyebutkan, animo masyarakat menyekolah anaknya ke SMP Muhammadiyah cukup tinggi hingga kini Yayasan Perserikatan Muhammadiyah pun membuka satu satu lokal untuk kelas jauh di Panam dan SMP boarding school di Rumbai dimana siswasnya diasramakan.

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement