REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Enam anak perempuan yang menjadi wakil tim robotika Afghanistan pada kompetisi robot tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) akhirnya menginjakkan kaki di Amerika Serikat pada Sabtu (15/7). Sebelumnya, langkah mereka terganjal aturan imigrasi AS.
Duta Besar Afghanistan di AS, Hamdullah Mohib menyatakan, penyebab penolakan tersebut hingga kini masih dirahasiakan. Namun berdasarkan diskusi menurut salah satu pejabat AS, tim robotika ini dikhawatirkan tidak akan kembali ke negaranya. Sebab banyak pendatang dari Afghanistan di negara Paman Sam tak hendak kembali ke tempat asal mereka.
Di sisi lain, dia mengaku sangat bangga atas prestasi yang ditoreh oleh tim robotika tersebut. "Mereka akan membuktikan kepada dunia, bahwa pemerintah Afghanistan tidak akan menghalangi seluruh masyrakat untuk tetap aktif dan setara dengan internasional," jelas Mohib seperti dilansir dari Arab News, Ahad (16/7).
Sementara itu, lanjut Mohib, karena kasus visa mereka sangat menarik perhatian masyarakat global, yang memberikan bukti nyata atas upaya Trump dalam memperketat pintu masuk AS untuk seorang Muslim. Walaupun hingga kini, kata dia, Afghanistan tidak termasuk dalam larangan Trump.
"Para kritikus menyebutkan pelarangan tersenut sebagai simbol dari upaya utnuk menekan orang Muslim masuk ke AS," tegas Mohib.
Menurut dia, para gadis yang akan bertarung dalam ajang robotika tersebut memberikan dampak baik bagi hubungan Afghanistan dan AS. Sehingga AS berniat akan memperbarui rencana jangka panjang untuk membantu masa depan Afghanistan.