REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imam Besar Masjid New York Shamsi Ali mengatakan bahwa pemblokiran media sosial Telegram di Indonesia tidak akan menyelesaikan masalah yang ada di Tanah Air. Menurut dia, pemblokiran tersebut juga tidak akan bisa mencegah radikalisme dan terorisme yang beredar melalui Telegram.
Karena itu, menurut dia, pemerintah sebaiknya melakukan banyak pendekatan saja terhadap masyarakat jika radikalisme dijadikan alasan pemblokiran Telegram tersebut.
"Saya kira tidak akan menyelesaikan permasalahan. Saya kira yang perlu dilakukan adalah pendekatan-pendekatan kepada setiap segmen masyarakat," ujarnya kepada Republika.co.id di Menara 165, Jakarta Selatan, Ahad (16).
Ia juga mengatakan bahwa pemblokiran Telegram tersebut sama saja dengan mengekang kebebasan masyarakat, sehingga tidak akan menyelesaikan masalah. "Jadi pemerintah jangan kemudian seolah-olah melakukan gap, menutup media. Menutup kebebasan itu tidak akan menyelesaikan permasalahan," ucapnya.
Menurut dia, meskipun pemerintah memblokir Telegram, media sosial lainnya juga bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan pada isu radikalisme. Karena itu, kebijakan pemerintah terkait hal ini akan menjadi sia-sia.
"Meskipun Telegram ditutup channel-channel kebebasan juga bisa jalan di mana-mana kok. Jadi saya kira tidak akan menyelesaikan permasalahan," kata Imam Shamsi.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi memblokir layanan percakapan Telegram versi website. Layanan tersebut dianggap tidak memiliki sistem yang menghambat komunikasi terorisme. Bahkan, Telegram dituding bermuatan terorisme.