Senin 17 Jul 2017 14:23 WIB

Misi Sekolah Islam: Putus Rantai Kemiskinan

Trash Music SMART Ekselensia
Foto: Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa
Trash Music SMART Ekselensia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Smart Exelencia Dompet Dhuafa juga menjadi penyelenggara pendidikan tak berbayar. Berbeda dengan Sekolah Juara, Smart Exelencia tetap mensyarat kan prestasi sebagai syarat siswa dhuafa untuk sekolah di sini.

Manager Smart Exelencia Muhamad Syafi'i mengungkapkan, pembiayaan sepenuhnya didukung Dompet Dhuafa. Pasalnya, pendidikan gra tis merupakan salah satu programnya. Syafi'i menggambarkan, tiap-tiap siswa dibiayai sekitar Rp 2.500.000 setiap bulannya.

Smart Exelencia menggunakan dua kurikulum, yaitu dari Kementerian Pen didikan dan Kebudayaan dan kurikulum khas Smart Exelencia sendiri. Kurikulum sekolah tersebut di antaranya tentang kepemimpinan, kepribadian Islami, kemandirian, dan berjiwa sosial atau berdaya guna.

"Kita elaborasi, pembinaannya sebagian kecil di sekolah, 70 persen di asrama," ujarnya. Meski gratis, kata Syafi'i, sekolah tetap memperhatikan kualitas. Karena itu, Smart Exelencia mampu mencapai prestasi yang tidak kalah dengan sekolah lainnya.

Syafi'i juga tidak khawatir akan tersendat dalam operasional sekolah. "Kita punya mimpi besar, salah satu tugas pemerintah yang belum tertunaikan dengan baik, berhak pendidikan yang berkualitas. Ini yang belum selesai. Maka, DD mengambil peran itu. Kita mendirikan sekolah ini. khusus dhuafa," ujarnya.

Pendirian Smart Exelencia merupakan upaya DD memutus rantai kemiskinan di keluarga. Lembaga zakat itu yakin, pendidikan merupakan cara yang tepat guna memutus rantai kemiskinan. Pendidikan juga tidak sekadar membuat orang mampu bekerja, tapi memiliki wawasan yang luas.

Selain sekolah gratis yang dimiliki lembaga zakat, ada pula sekolah-sekolah Islam terpadu berbiaya murah. Contohnya, ada di Sekolah Dasar Islam Terpadu Insan Cendikia, Pasiran Jaya, Tulang Bawang, Lampung. Kepala SDIT Insan Cendikia Siti Khoiriyah mengatakan, masyarakat setempat cukup antusias mendaftarkan anaknya ke sekolah ini.

Pasalnya, orang tua meng inginkan anaknya juga mendapatkan pendidikan agama. Sekolah yang berdiri pada 2007 mengharuskan calon siswa membayar biaya masuk sebesar Rp 1.300.000 bagi pe rempuan dan Rp 1.210.000 untuk laki-laki. Sedangkan, SPP per bulan dikenakan Rp 75 ribu. Kemudian, bagi siswa kelas dua sam pai enam dikenakan daftar ulang Rp 300 ribu.

Selain sumber dana tersebut, sekolah juga mendapatkan dana operasional seko lah dari pemerintah. Semua sumber tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan sekolah. Orang tua pun tidak keberatan dengan tarif pembiayaan yang ditetapkan sekolah.

"Walaupun SPP Rp 75 ribu, kami termasuk sekolah paling mahal di sini," ucapnya. Sekolah tersebut juga mampu bersaing dengan lembaga lainnya secara prestasi, terutama di tingkat kecamatan. Sekolah ini juga menggunakan kurikulum nasional dan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement