Jumat 21 Jul 2017 14:31 WIB

Fintech Efishery Bantu Pembiayaan Pembudi Daya Ikan

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nur Aini
Fintech (ilustrasi)
Foto: flicker.com
Fintech (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Financial technology (fintech) eFishery hadir menjadi solusi untuk para petani ikan dan udang. Sejak berdiri pada 2014, inovasi yang dihasilkan eFishery dinilai bisa membantu para petani ikan lebih efisien dalam proses budi daya.

VP Business Development eFishery, Dwi Andi Rohmantika mengungkapkan yang paling banyak memiliki biaya dalam budi daya ikan yaitu soal pakan. “Kami ini awalnya melihat masalah itu jadi berpikir gimana para petani ikan ini bisa lebih efisien dan efektif untuk memberikan makan ikan,” kata Dwi kepada Republika.co.id di Kantor Menara by Kibar, Rabu (20/7).

Jika tidak kelebihan pakan, maka petani ikan bisa lebih hemat dan efisien untuk pengeluaran pakannya. Untuk itu, kata Dwi, dia dan tim menciptakan eFishery sebagai alat yang bisa mengatur pakan ikan sesuai kebutuhan.

Tak hanya soal kebutuhan, alat tersebut juga bisa disesuaikan dengan waktu dan hasil yang diinginkan petani ikan. “Misal kalau petani mau panen ikan di ukuran berapa, alat ini bisa digunakan untuk berapa kilogram kita mau kasih makan biar sesuai dan tidak over feeding,” ujarnya.

Semenjak ia mulai merintis bisnis fintech itu baru pada tahun ini ia berkolaborasi dengan BNVLabs yang merupakan pusat inbukasi star up khusus fintech dari PT Kibar Kreasi Indonesia. BNVLabs bersama Bank Bukopin bahkan sudah resmi meluncurkan tempat kerja atau coworking space di Menara by Kibar bagi fintech yang sudah berkolaborasi.

Tak hanya soal tempat saja, tetapi Dwi merasa dengan kolaborasi tersebut, ia sebagai pebisnis fintech memiliki solusi lain. “Jadi nanti ke depannya kalau kami punya ide lagi untuk petani ikan, dari segi keuangan bisa terbantu soal perbankannya karena BNVLabs bekerja sama langsung dengan bank,” ujarnya.

Dwi mengakui selama ia menjalankan bisnis fintech, persoalan regulasi hingga perbankan masih menjadi persoalan. Dia mengatakan, sebelumnya selalu berpikir apakah ketika memiliki ide lalu tunggu dulu baru bergerak atau sebaliknya. Untuk itu setelah kolaborasi dengan BNVLabs maka sesegera mungkin ada mentoring terkait regulasi hingga perbankan.

Ia pun mengakui sangat membutuhkan dukungan dari pihak yang mengerti terutama untuk persoalan pembiayaan. “Soal payment itu kami sangat butuh. Sistem juga hingga mentoring, apakah regulasinya ke Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia,” tutur Dwi.

Sementara itu, Direktur Fintech Office Bank Indonesia, Yosamartha menjelaskan para pebisnis fintech tidak perlu khawatir. “Kalau nanti soal keuangannya pinjaman maka regulasinya dengan OJK kalau sistem pembayaran maka dari BI regulatornya,” kata Yosamartha.

Dengan maraknya bisnis star up, Yosamartha mengatakan bank semestinya tidak perlu tersaingi. Kolaborasi dengan bank seperti yang dilakukan BNVLabs dengan Bank Bukopin menurutnya sudah menjadi solusi.

“Star up sudah bukan ancaman lagi sebenarnya, dinamika dunia memang sudah berubah. Inovasi dari bisnis fintech yang menawarkan solusi memang sangat dibutuhkan untuk saat ini,” tutur Yoshamarta.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Teknologi Informasi Bank Bukopin Adhi Brahmantya bahkan memberikan fasilitas untuk mengembangkan para pebisnis fintech. Dua fintech terbaik yang bekerja sama dengan BNVLabs akan mendapatkan kesempatan ke Silicon Valley untuk mengembangkan jaringan dan kemampuan lebih dalam.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement