REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat (MPI-PP) Muhammadiyah menyambut hangat kesediaan Presiden Joko Widodo menghadiri acara peletakan batu pertama (groundbreaking) gedung Museum Muhammadiyah di Kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Acara yang juga akan dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof.Dr Muhajir Effendy; Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir; jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah, pengurus MPI PP Muhammadiyah, elemen Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah, serta warga Muhammadiyah ini akan dihelat pada Sabtu (22/7).
''Kegiatan groundbreaking ini akan memberikan kekuatan akselaratif Muhammadiyah dalam membangun pusat informasi yang modern dan unggul dan sekaligus pusat dokumentasi baru yang bersifat umum (public) dan dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas sebagai kebanggaan bangsa Indonesia,'' sebut MPI PP Muhammadiyah dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id.
Kegiatan peletakkan batu pertama (groundbreaking) ini menjadi kebahagian tersendiri bagi keluarga besar Muhammadiyah. Karena, Muhammadiyah akhirnya telah memiliki pusat informasi dan dokumentasi sejarah gerakan Muhammadiyah. Museum ini nantinya tidak hanya bisa dinikmati oleh warga Muhammadiyah sebagai sebuah kebanggan, tetapi juga bisa dinikmati masyarakat luas sebagai gambaran keberadaan Muhammadiyah dalam gerakan ormas di Nusantara.
MPI PP Muhammadiyah menyebut inisiasi museum Muhammadiyah sebenarnya telah dimulai periode kepengurusan MPI PP Muhammadiyah periode 2010-2015. ''Dan, alhamdulillah saat ini Pemerintah Republik Indonesia bersedia memfasilitasi ikhtiar besar persyarikatan Muhammadiyah untuk mewujudkan mimpinya memiliki museum sebagai pusat informasi dan dokumentasi sejarah gemilang kiprah Muhammadiyah membangun bangsa,'' tulisnya.
Dalam mewujudkan mimpi ini, peran UAD sangat besar. Salah satunya adalah penyediaan lahan seluas 1 (satu) hektar untuk area museum dan mempersiapkan segala sesuatunya bersama Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah.
Tujuan Pendirian Museum
Ada tiga tujuan pokok pendirian Museum Muhammadiyah, yakni sebagai pusat dokumentasi dan informasi sejarah gerakan Muhammadiyah, sebagai media pendidikan, dan sebagai media pariwisata. ''Museum Muhammadiyah yang terletak di Kota kelahiran Muhammadiyah ini akan menjadi center of excellent dari museum gerakan islam di Indonesia yang telah berkontribusi besar di dalam merawat NKRI dan nilai-nilai kebangsaan,'' sebutnya.
Muhammdiyah sebentar lagi juga akan memasuki usia satu abad. Karena itu, Muhammadiyah sudah sepantasnya memiliki sebuah museum yang dapat menjadi pusat pendokumentasian karya warga Muhammadiyah maupun sejarah keberadaannya di bumi Nusantara ini.
Beberapa alasan mendasar mengapa Persyarikatan Muhammadiyah yang melampaui satu abad ini merasa perlu mendirikan gedung Museum Muhammadiyah antara lain sebagai berikut. Pertama, KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah adalah tokoh berpengaruh dalam sejarah pergerakan nasional di Indonesia. Sehingga, riwayat hidupnya sangat penting untuk diabadikan sebagai media informasi keberadaannya bagi generasi yang akan datang.
''Ketokohan bukan hanya dimiliki KH Ahmad Dahlan, namun beberapa nama tokoh Muhammadiyah seperti Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Mansyur, Amien Rais, AR Fahruddin, dan lain-lain memiliki sejarah yang cukup monumental dalam pergerakan nasional di Indonesia,'' tulisnya.
Kedua, Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan memiliki peranan strategis dalam masyarakat Indonesia khususnya di bidang pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial serta bentuk-bentuk aktual dari kiprah Muhammadiyah di era sekarang ini seperti pemberdayaan dan kemanusiaan secara lebih luas. Ketiga, sudah sangat banyak peninggalan monumental fisik Muhammadiyah yang kehilangan jejak informasinya sehingga dikhawatirkan semakin lama orang tidak akan mengenal secara utuh tempat-tempat yang bersejarah bagi Muhammadiyah dan juga bagi gerakan islam di Indonesia.
Keempat, secara kuantitas data, sudah sangat melimpah karya-karya monumental warga/tokoh Muhammadiyah yang belum terdokumentasikan secara baik di berbagai daerah dan lembaga di bawah Muhammadiyah sehingga perlu mendapatkan rumah dokumentasi yang memadai untuk menjaga dinamika gerakan ilmu di dalam visi pencerahan Muhammadiyah di abad kedua ini.