REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun ini menjadi babak baru bagi perkembangan industri otomotif Indonesia. Kehadiran kendaraan berlabel low cost green car (LCGC) semakin memperluas segmentasi di pasar otomotif Tanah Air.
Sebagai 'ras' baru, kendaraan yang juga digadang-gadang ramah lingkungan ini mau tak mau mempengaruhi pergerakan bisnis otomotif di Indonesia. Lantas bagaimana LCGC di mata agen pemegang merek?
"Orang Indonesia belum tentu beli yang murah. Murah belum tentu disukai," kata Direktur Marketing General Motor (GM) Indonesia, Yuniadi Haksono Hartono, di Jakarta, Selasa (24/12). GM merupakan pemegang merek Chevrolet di Indonesia.
LCGC memang memberikan pilihan baru bagi konsumen di Tanah Air. Sejauh ini sudah ada lima merek yang terjun ke segmen ini, empat diantaranya memilih model hatchback dan satu dengan model tujuh penumpang.
Yuniadi mengaku hingga saat ini GM sendiri belum terpengaruh dengan kehadiran LCGC. Namun perusahaanya tetap waspada, terutama pada mobil murah yang menyasar segmen keluarga.
"Sekarang belum kelihatan pengaruhnya. (Namun) yang bahaya itu LCGC seven seater," ujarnya.
Menurutnya, kendaraan berkapasitas tujuh penumpang hingga kini masih paling diminati masyarakat Indonesia.
Terbukti, menurut Yuniadi, segmen yang disebut dengan kendaraan MPV ini menguasi 30 persen pasar otomotif Indonesia.
Harapannya, tambah Yuniadi, orang Indonesia bukan hanya cari yang murah tapi juga berkualitas.
Chevrolet sendiri menurutnya masih akan terus mengamati seberapa besar pengaruh LCGC terhadap industri otomotif Indonesia. Terutama terhadap perkembangan Chevrolet Spin yang menjadi pilihan baru kendaraan MPV di Indonesia.