REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi jenis premium dan solar ternyata mempengaruhi penjualan mobil bekas di Tangerang. Sejumlah pebisnis mobil bekas mengaku gara-gara kenaikan tersebut, minat orang untuk membeli mobil bekas melesu.
Denny Saputra, pengusaha mobil bekas Mister Mobil di Bursa Mobil Summarecon Serpong, Tangerang misalnya. Ia mengaku saat ini prospek penjualan mobil bekas di tempatnya mengendur. Terutama untuk mobil yang memiliki kapasitas mesin di atas 1800cc ke atas.
"Penjualan kami berkurang hampir 35 persen dari sebelumnya,” ujar Denny ketika dihubungi ROL, Rabu (20/11). “Kelas mobil yang paling terkena dampaknya adalah 1800cc ke atas. Mobil dengan cc yang lebih kecil mengalami pengurangan sebesar 10-20 persen.”
Pengalaman senada juga diungkapkan Heri Albertus, penjual mobil bekas di kawasan Cipondoh, Tangerang selatan. Menurutnya kenaikan bahan bakar minyak membuat calon pembeli menunda niatnya membeli mobil bekas.
“Permintaan mobil bekas dari perusahaan kami langsung menurun," ungkap penjual mobil bekas di Star Oto Mobil ini. "Pelanggan kami merasa harga BBM saat ini tidak memberi keuntungan untuk membeli mobil bekas.”
Heri mengaku sedikit kecewa harga BBM sampai dinaikkan. Ia berharap minat pembeli mobil bekas tidak surut dalam waktu lama dan bisa bergeliat kembali.
Pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 2.000 per liter sehingga harga premium yang semula Rp 6.500 menjadi Rp 8.500 dan solar dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500.
Pengumuman dilakukan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Senin (17/11) malam. Kenaikan harga tersebut mulai berlaku Selasa, 18 November 2014 pukul 00.00 WIB, serentak di seluruh wilayah Indonesia.