Ahad 30 Jul 2017 16:11 WIB

Ustaz Khalid Basalamah: Menjadi Patuh kepada Allah SWT

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Berdoa kepada Allah/ilustrasi
Berdoa kepada Allah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai Muslim, kita diajarkan untuk senantiasa menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tempat bergantung dalam kondisi apa pun. Hal itu seperti terangkum dalam salah satu ayat dalam Ummul Quran, Surah al-Fatihah, yang berbunyi "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iim" (hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu pula kami memohon pertolongan).

Akan tetapi, tidak sedikit dari kaum Muslimin yang justru merasa ragu akan nasibnya sehingga mereka pun mencoba mencari tempat bergantung kepada se lain Sang Pencipta untuk menyelesaikan urusannya. Sebagai contoh, ketika sedang sakit, sebagian Muslim kadang lupa beribadah dan berdoa meminta kesembuhan kepada Allah SWT. Lebih cela kanya lagi, mereka kadang menganggap dokter yang menangani penyakitnya sebagai "sang penyembuh". Padahal, sakit atau sehatnya seseorang hanya bergantung pada izin Allah SWT semata.

Dalam satu hadis qudsi, Allah SWT ber firman, "Wahai Anak Adam! Janganlah kamu takut terhadap pemilik kekuasaan (dari kalangan manusia), selama kerajaan-Ku masih ada dan kekuasaan-Ku tidak akan sirna selamanya. Janganlah meminta kepada selain Aku, sementara kamu memiliki Aku. Jika kamu mencari-Ku, kamu akan menemukan Aku. Dan, jika kamu kehilangan Aku, kamu kehilangan seluruh kebaikan. Maka, tempuhlah jalan ketaatan-Ku, niscaya segala sesuatu akan mengikutimu."

Pada hadis lain yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Allah tidak akan pernah jenuh terhadap kalian, sampai kalian sendiri yang jenuh (untuk beribadah dan berdoa kepada-Nya)." Hadis-hadis di atas menyiratkan, ketaatan seseorang terhadap Sang Pencipta adalah kunci dari cinta Allah kepadanya. Semakin taat seorang hamba kepada Tuhannya, semakin cinta pula Allah kepadanya, dan semakin Allah mudahkan pula ia dalam berikhtiar," ujar Ustaz Khalid Basalamah dalam kajian Islam yang digelar di Masjid Jenderal Sudirman WTC, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (25/7).

Dia menuturkan, tidak sedikit kaum Muslim terjebak dengan hal-hal yang berbau syirik, takhayul, dan khurafat ketika mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi di dunia. Sebagai contoh, ada orang mendatangi kuburan yang dianggap keramat untuk meminta pertolongan. Sementara, ada pula yang me makai jimat di badannya untuk menolak bala.

"Padahal, ketika shalat, mereka selalu mengucapkan 'Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iim'. Tapi, setelah selesai shalat, mereka masih saja menggantungkan nasibnya kepada selain Allah SWT. Bagaimana mungkin Allah mau memberikan pertolongan kepada mereka?" ucap Khalid.

Dia mengatakan, ada banyak sekali dalil dari Alquran dan hadis yang menga barkan kepada kita tentang keutamaan orang-orang yang patuh kepada Allah. Salah satu keutamaan itu adalah, mere ka akan merasakan ketenangan batin saat menjalani kehidupan di dunia. Se mentara, di akhirat kelak, mereka akan memperoleh nikmat yang jauh lebih luar biasa lagi dari Rabb mereka.

Begitu pun sebaliknya, ada banyak dalil dari nash yang mengingatkan kita akan buruknya orang-orang yang ber buat fasik. Perlakuan Allah terhadap mereka pun jelas akan berbeda pula.

Dalam Alquran Surah Shad (38) ayat 28, Allah SWT berfirman, "Patutkah Kami memperlakukan orang-orang yang ber iman dan beramal saleh itu sama seperti orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Atau patutkah Kami meng anggap orang-orang yang bertakwa sa ma seperti orang-orang yang berbuat durhaka?" Ayat tersebut, kata Khalid, semakin mempertegas perbedaan perlakuan Allah terhadap orang-orang yang taat kepada-Nya dengan orang-orang yang fasik.

"Ketika orang-orang yang saleh me rasakan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah, orang-orang fasik pun akan merasakan kenikmatan pula saat bermaksiat. Namun, dalam hal kualitas jiwa, orang-orang yang saleh jauh lebih tenteram batinnya. Nikmat seperti itu tidak akan diperoleh oleh mereka yang suka berbuat durhaka kepada Allah," kata Khalid.

Masjid Jenderal Sudirman WTC, di samping menyelenggarakan kegiatan ibadah shalat berjamaah lima waktu, juga rutin menyelenggarakan kajian Islam setiap pekan. Untuk kajian Sirah Sahabat, digelar setiap Selasa bakda shalat Zuhur. Sementara, kajian Tazkiyyatun Nafs, diadakan setiap Kamis pekan pertama, bakda shalat Zuhur, bersama Ustaz Abdullah Qomaruddin, Lc.

Selanjutnya, kajian Kitab Bulughul Maram digelar setiap Kamis pekan ke dua, bakda shalat Zuhur, oleh KH Ubai dullah. Sementara, kajian Islam Kontem porer digelar setiap Kamis pekan ketiga, bakda shalat Zuhur, bersama Ustaz Ferry Nur. Berikutnya, kajian Tafsir Alquran diadakan setiap Kamis pekan keempat, bakda shalat Zuhur, oleh Ustaz Abdus Syukur.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement