REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyebutkan kebakaran hutan dan lahan selalu terulang setiap tahun di Aceh. Namun hingga saat ini sulit untuk menangkap siapa aktor yang bertanggung jawab.
"Kalau mulai terbakar itu sejak tahun 2007. Yang pernah sampai pengadilan ada beberapa kasus," ucap Direktur Eksekutif Walhi Aceh, Muhammad Nur di Banda Aceh, Selasa (1/8).
Menurutnya, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terutama pada lahan gambut seperti di Kabupaten Aceh Barat terjadi pada tahun ini lebih dari 70 hektare dan tersebar di enam kecamatan. Namun kebakaran hutan dan lahan di Aceh tahun 2012 merupakan peristiwa terbesar dalam beberapa sepuluh tahun terakhir.
Tercatat hingga akhir tahun 2012 telah terjadi 745 kali karhutla. Jumlah itu setara dengan 65 persen dari keseluruhan terbakar hutan dan lahan di mulai 2007 hingga 2011 yang total 1.129 kejadian.
Karhutla Aceh setiap tahun cenderung meningkat terutama di lahan gambut akibat aktiitas pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit baik milik koperasi atau perusahaan.
"Siapa aktornya? Memang agak sulit kami sebutnya. Walau masyarakat buka lahan di sekitar lahan perkebunan. Perusahaan sendiri, juga buka lahan. Kami belum investigasi serius," kata dia.
Dalam catatan Walhi Aceh, seperti tahun 2007 terjadi 170 kasus karhutla, pada 2008 ada 489 kejadian, tahun 2009 sebanyak 433 kali, pada 2010 terdapat 24 kejadian dan 2011 ada 13 kali kejadian karhutla.
"Kami belum hitung dari 2012 hingga sekarang. Untuk pelaku karhutla, industri dianggap bersalah. Walau terakhir, kasusnya masih proses banding sampai hari ini. Tersangka dari warga atau (perpanjangan tangan) korporasi, itu belum ada kita temukan," tegasnya.
Gubernur Aceh Irwandi Yusuf akhir pekan lalu telah meminta penegak hukum menangkap dan menghukum pelaku pembakar lahan yang menyebabkan terjadi bencana karhutla di wilayah Aceh Barat.
"Kepolisian harus mengungkap ini, menindak tegas pelakunya agar jangan terulang lagi, jangan ada lagi orang-orang mencoba membakar lahan. Saya tidak percaya api terpantik dengan sendirinya, yang jelas ada pembakaran," katanya lagi.
Ia memantau perkembangan penanganan karhutla di Kabupaten Aceh Barat dengan pesawat pribadinya jenis Shark Aero bersama dengan seorang penumpang, yakni Ketua DPD I Partai Golkar Aceh TM Nurlif.
Sebelum mendarat di Bandara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Nagan Raya, Gubernur Aceh sempat berkeliling memantau perkembangan penanganan karhutla yang tengah dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) serta pihak terkait lainnya.
"Pantauan saya dari udara, masih ada asap tapi sedikit. Kalau sudah begini yang mengalami kerugian semua orang, berapa biaya operasional helikopter BNPB sejam, mahal sekali, betapa menderitanya orang-orang dan anak kecil hidup dalam asap," ujarnya.