REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat menyampaikan tausiyah kebangsaan dalam rangka HUT ke-72 RI. Tausyiah ini disampaikan oleh Ketua MUI Bidang Kerukunan Umat Beragama, KH Yusnar Yusuf dan didampingi oleh Wasekjen MUI, Amirsyah Tambunan dan Wasekjebmn MUI Misbahul Ulum, serta Sekjen Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam.
Saat menyampaikan Tausyiah itu, Yusnar Yusuf mengatakan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik agama suku, ras, maupun budaya dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Ia pun mengingatkan agar umat selalu hidup berdampingan dan menjaga kerukunan.
"MUI berpandangan bahwa seluruh umat beragama sebagai sesama warga bangsa terikat dengan komitmen keumatan dan kebangsaan sehingga harus hidup berdampingan dengan prinsip kesepakatan untuk menjaga kerukunan, toleransi dan keharmonisan hidup berdampingan secara damai," ujarnya saat ditemui di Gedung MUI, Jakarta Pusat, Rabu (16/8).
Sementara, Wasejken Amirsyah Tambunan mengatakan, di usianya yang ke-72 Indonesia harus meraih kemerdekaan lahir dan batin. Menurut dia, saat ini Indonesia belum merdeka sepenuhnya sehingga MUI mendorong pemerintah untuk melaksanakan tugasnya dengan baik.
"Inilah tugas yang harus didorong agar semua elemen bangsa mampu mrnikmati kemerdekaan seluruhnya, yaitu kemerdekaan lahir batin," katanya.
Sekje Komisi Fatwa MUI Asrorun Niam mengatakan, MUI selama ini berkomitmen untuk menjaga keadilan sosial. Jika pun sekarang masih ada kesenjangan antara kaya miskin dan keadilan belum tegak, menurutnya, hal itu merupakan bagian dari proses menuju kemerdekaan hakiki yang harus terus diwujudkan.
"MUI yang konsen dalam hal kegaamaan terus berkontribusi dalam masalah-masalah keagaman untuk kebaikan masyarakat. Termasuk terakhir MUI mengeluarkan pedoman bermuamalah melalui media sosial," katanya.
Melalui pedomam medosisiyah tersebut, MUI mengingatkan agar umat tidak menyebarkan berita hoax di media sosial dan tidak menerima informasi secara mentah-mentah. Apalagi, menurut Niam, saat ini tidak hanya masyarakat yang menjadi korban hoax tapi juga MUI sendiri.