REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Gegap gempita perayaan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia bisa dirasakan seantero Kota Padang, Sumatra Barat. Perkantoran, rumah penduduk, dan pertokoan mengibarkan bendera Merah Putih sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan para pahlawan. Hal ini memang sejalan dengan ikhtiar Gubernur Sumbar Irwan Prayitno yang sudah menitahkan pengibaran Sang Merah Putih selama sebulan penuh di bulan Agustus.
Namun, gegap gempita pengibaran bendera kebangsaan ternyata tak begitu dirasakan oleh para penjual bendera yang tersebar di beberapa titik di Padang. Yeni (30 tahun) misalnya, penjual bendera merah putih yang menggelar dagangannya di taman trotoar Jalan Khatib Sulaiman, Padang. Yeni, yang sehari-hari berdagang baju di Pasar Raya Padang, memilih "berbelok" sejenak untuk berjualan bendera selama sebulan belakangan.
"Mumpung momen 17-an saja. Ini kan tahunan," kata Yeni sambil berteduh dari teriknya matahari, Rabu (16/8).
Yeni mengaku, omzet penjualan bendera tahun ini menyusut dibandingkan penjualan yang ia lakukan tahun lalu. Ia menakar penurunan omzet dengan menyebut angka keuntungan. Bila tahun lalu ia bisa meraup untuk hingga Rp 3 juta sepanjang berjualan bendera, tahun ini ia mengantongi sekitar Rp 2 juta saja. Bahkan, hingga menjelang peringatan Hari Kemerdekaan, Yeni baru menjual 3 kodi bendera atau sekitar 60 lembar yang terjual.
"Tahun ini lebih sepi. Ya paling kan bendera-bendera masih pada simpan. Jadi nggak beli baru lagi," ujar Yeni.
Menurut pengakuannya, ada dua hal yang membuat bisnis bendera tahun ini lebih sepi dibanding tahun lalu. Pertama, katanya, karena makin banyaknya penjual bendera di Padang. Bila tahun lalu deretan penjual bendera hanya terkonsentrasi di beberapa lokasi terutama Khatib Sulaiman, saat ini penjual bendera bisa ditemui di banyak tempat.
"Nah yang jual kan banyak. Alasan kedua, ya bendera ini kan bukan barang yang harus tiap tahun beli. Kalau sudah kusam saja barangkali beli," katanya.
Yeni menyadari bisnis bendera memang lebih banyak bergantung kepada konsumen perkantoran yang biasanya membeli secara borongan. Namun, tampaknya perkantoran di Padang pun masih menyimpan bendera merah putih yang sempat dibeli tahun sebelumnya.
Yeni berharap, penjualan bendera tahun depan bisa lebih ramai lagi. Bahkan, ia mengimbau kepada warga Padang yang benderanya sudah kusam untuk menggantinya dengan yang baru. Menurutnya, selain menghargai Sang Merah Putih, tentunya ikut menyejahterakan para penjual bendera. "Ya semoga tahun depan laris manis," ujar dia.
Senasib dengan Yeni, Jun (55 tahun) yang menggelar dagangan bendera merah putih di depan Masjid Agung Nurul Iman Padang. Sejak berjualan di sana pada 28 Juli lalu, Jun bahkan baru menjual dua kodi bendera. Di hari terakhirnya berjualan ini, Jun berniat akan mengembalikan bendera yang belum laku "pabrik". Maksudnya, stok yang tersisa akan dikembalikan kepada pengusaha tempat ia mengambil barang.
"Ya kayaknya sih memang rata-rata pada sepi. Tapi nggak apa-apa. Mungkin tahun depan ramai," kata Jun.
Sebetulnya, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat sudah mulai mengingatkan warganya untuk mengibarkan Bendera Merah Putih sejak Juli lalu. Gubernur Irwan meminta pengibaran bendera ini secara serentak dilakukan di kantor-kantor gedung pemerintah, gedung lembaga BUMN/BUMD, gedung perguruan tinggi, gedung sekolah, dan rumah penduduk di seluruh Sumbar.
"Lakukanlah dengan sederhana secara bersama-sama tanpa mengurangi keceriaan masyarakat," ujar Irwan saat itu.
Lantas apakah sepinya pembeli bendera karena menurunnya daya beli? Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatra Barat menegaskan bahwa daya beli masyarakat Padang secara umum masih terjaga. Menurut Kepala BPS Sukardi, stabilnya daya beli masyarakat Sumbar bisa dilihat dari perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan inflasi yang rendah.
Artinya, sepinya pembelian bendera lebih karena stok bendera di perkantoran dan rumah penduduk yang masih cukup, bukan karena penurunan daya beli.