REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Presiden Akademi Sufi Internasional, Syeikh Dr Aziz al-Kubaity, mengungkapkan, ajaran sufi berperan besar dalam perdamaian dunia. Menurutnya, ilmu pengetahuan tanpa dibarengi dengan pemahaman tassawuf yang benar akan bisa melahirkan radikalisme atau terorisme atas nama Islam.
Hal itu disampaikan Syeikh Dr Aziz al-Kubaity, saat menggelar Diskusi Kebangsaan di Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyyah, Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jumat (18/8). Acara itu menjadi bagian dari kegiatan Safari Dakwah Islam Ramah Dengan Bertasawwuf, yang menghadirkan rombongan ulama dari Akademisi Sufi Internasional dan Fakultas Syariah Universitas Al-Qurawiyin, Maroko, ke sejumlah pondok pesantren dan universitas di Indonesia.
''Maraknya perseteruan atas nama agama akibat memahami agama Islam dengan hawa nafsu, tanpa disertai dengan tazkiyah atau penjernihan hati sebagai salah satu inti ajaran tasawwuf,'' kata Aziz.
Ulama yang meraih gelar doktor dari Universitas Oxford dan Universitas di Maroko itu menambahkan, memahami agama dengan hawa nafsu juga sering membuat sesama muslim saling menyalahkan. Selain itu, akan mengklaim diri dan golongannya yang paling benar.
Azis mengatakan, sejarah-sejarah Islam di dunia mencatat, para sufi dengan ajaran tasawwufnya selalu mengedepankan etika. Tak hanya dalam beragama, namun juga dalam berbangsa dan bernegara.
Bahkan, sejak ratusan tahun silam, di negara manapun, setiap ada konflik, para ulama tasawwuf berperan menggagas perdamaian konflik atas nama agama. Pasalnya, ajaran tasawwuf mengedepankan kedamaian semesta, dengan menjauhkan kekerasan baik personal maupun golongan.
Aziz pun selalu menggelar Konferensi Sufi Internasional setiap tiga tahun sekali. Adapun pesertanya merupakan delegasi dari puluhan negara Islam.
Sementara itu, seorang kyai Muda Nahdatul Ulama (NU), KH Nasrulloh Afandi (Gus Nasrul) mengaku sengaja berinisiatif mengadakan acara Safari Dakwah Islam Ramah Dengan Bertasawwuf''. Untuk acara itu, dia menggandeng ulama kelas internasional.
''NU identik dengan kesantunan dalam beragama, hingga konteks berbangsa dan bernegara. NU juga ormas terbesar yang sangat kuat amaliahnya terhadap ajaran tasawwuf,'' tandas Gus Nasrul.
l